Harga Minyak Melambung, Pemerintah Galakan Batubara

Kapanlagi.com - Harga minyak dunia yang terus melambung dan besarnya subsidi minyak yang dikeluarkan pemerintah, mendorong pemerintah menggalakkan kembali penggunaan batubara.

Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Purnomo Yusgiantoro di Semarang Rabu mengatakan, Indonesia memiliki cadangan batubara yang sangat besar, bisa memenuhi kebutuhan hingga 200 tahun mendatang.

Dalam penjelasannya bersama Direktur Teknik Perusahaan Tambang Bukit Asam, Ir AC Purba, Purnomo menyebutkan, konsumsi minyak tanah per tahun 10 juta kiloliter dan solar 26 juta kiloliter.

Bila pengguna minyak tanah dan solar beralih ke batubara, itu baru menghabiskan sekitar 47 juta ton batubara, padahal produksi nasional batu bara mencapai 135 juta ton/tahun, dengan asumsi satu liter minyak atau solar setara dengan 1,3 kilogram batubara.

Direktur Teknik PT Bukit Asam mengatakan, dengan harga minyak dunia US$50 /barel, harga minyak tanah satu liter sekitar Rp 3.500 sehingga pemerintah harus menyubsidi Rp 2.800/liter.

Itu berarti pemerintah harus mengeluarkan subsidi yang sangat besar dalam situasi harga minyak saat ini.

Menurut dia, bila rumah tangga, industri atau restoran mau beralih ke batubara, subsidi yang bisa dihemat lumayan besar.

Bahkan bila proyeksi penjualan batubara oleh PT Bukit Asam sebanyak 300.000 ton tahun ini untuk keperluan industri di Jawa bisa dipenuhi, ini bisa mengurangi subsidi BBM sebanyak Rp 900 miliar.

Kurang mulusnya penggalakan batubara (dalam bentuk briket) beberapa tahun lalu antara lain disebabkan harga batubara yang berhimpitan dengan harga minyak tanah, padahal dilihat dari sisi kepraktisan dan budaya, masyarakat lebih familiar dengan minyak tanah.

Di samping itu, faktor ketersediaan batubara di tengah masyarakat juga kalah jauh dibanding minyak tanah.

Tetapi Purba menyatakan pemerintah tidak putus asa dengan kondisi itu dan dalam waktu dekat akan mendatangkan batubara dari Sumsel ke Semarang untuk dipasarkan ke sejumlah industri di Jawa.

Ia memberi contoh, konversi mesin industri dari solar ke batubara untuk PT Sritex (tekstil) sebenarnya tidak terlalu mahal, hanya sekitar Rp 1,1 miliar, tetapi dalam jangka panjang bisa lebih hemat dibanding pemakaian minyak tanah.

Untuk menyuplai batubara ke industri, kata Purba, PT Bukit Asam sudah menyiapkan penampungan di sejumlah daerah, termasuk di Kawasan Industri Terboyo Semarang seluas lima hektar, yang bisa menampung sejuta ton batubara per tahun. "Mudah-mudahan tahun depan (2005) batubara dari Bukit Asam sudah tiba di Terboyo Semarang. Kami akan menyuplai langsung ke industri-industri," kata Purba seraya menambahkan di Gresik pihaknya juga punya penampungan seluas 14 hektare.

Ia mengatakan, peralihan dari minyak ke batubara dipastikan akan mengurangi subsidi BBM triliuan rupiah yang selalu dikeluarkan pemerintah. (*/rit)

sumber: