Harga minyak bergejolak, saham tambang naik
Bisnis, 19 Januari 2005
ÂÂ
Aktivitas pada sebagian saham emiten yang sudah mahal cenderung tidak atraktif dan diwarnai profit taking. Kurun jangka pendek tersebut investor kembali mendiskon untuk merealisasikan gain tersisa. Meski demikian tidak seluruh saham pertambangan mengalami tekanan.
Beberapa saham lainnya justru mendapat imbas positif akibat harga minyak dunia yang kembali menguat belakangan ini. Investor optimis tis kenaikan harga minyak yang kini sudah melampaui level USD 48 per barrel memberi keuntungan signifikan bagi emiten yang bergerak di sektor tersebut.
Maraknya perdagangan terlihat dari jumlah saham pertambangan yang diperjualbelikan melonjak hingga 1,472 miliar lembar atau senilai Rp1,588 triliun. Beberapa saham aktif diakumulasi investor diantaranya Bumi Resources membukukan aktivitas tertinggi Rp755,625 miliar.
Tak kalah ramai aksi beli saham Perusahaan Gas Negara yang mencatatkan nilai Rp356,274 miliar, Energi Mega Persada Rp 208,624 miliar dan Medco Energi Corporation Rp122,577 miliar. Isu fundamental, aksi korporasi penting, prospek maupun valuasi yang menarik membuat saham pertambangan diatas menjadi ajang perburuan pemodal.
Di bagian lain, koreksi tehnikal melanda beberapa saham BUMN pertambangan seperti Antam, Tambang Timah, Tambang Batubara juga Inco.
Selain posisinya sudah overbought, dalam jangka pendek pergerakan saham-saham tersebut masih mengikuti tren indeks yang cenderung stagnan. Penguatan dolar terhadap rupiah telah mengakibatkan biaya produksi para emiten pertambangan meningkat disamping dibayangi kenaikan BBM tahun ini.
Hal itu membuat investor kembali berhati-hati mengambil posisi dan cenderung konsolidasi untuk mendapatkan saham di harga murah.
Penurunan harga saham yang cenderung terbatas menahan indeks sektoral dari koreksi lebih dalam. Indeks sektoral menguat tipis 1,50% ke 529,847 dibanding level sebelumnya di 522,028.
Seiring dengan itu nilai kapitalisasi pasar saham pertambangan meningkat sebesar Rp776,738 miliar menjadi Rp51,919 triliun.
sumber: