Harga Emas Melejit, Capai Rekor Tertinggi

KompasSingapura, Selasa - Harga emas terus melejit dan hari Selasa (23/11) mencatat rekor 449 dollar AS per troy ons, harga emas tertinggi selama lebih 16 tahun ini. Harga emas melejit seiring dengan terus melemahnya nilai dollar AS, karena investor memilih emas sebagai alternatif investasi yang relatif aman dan stabil.

Kantor berita Reuters melaporkan, harga emas di Singapura kemarin sempat mencapai 449 dollar AS atau sekitar Rp 4.041.000 per troy ons (setara 31,103 gram). Namun, rekor harga tertinggi ini kemudian terkoreksi menjadi 446,75 dollar AS per troy ons. Harga emas di New York ditutup pada 448,25 dollar AS per troy ons.

Sejumlah analis mengemukakan, harga emas berpeluang mencapai harga 500 dollar AS per troy ons, level tertinggi yang terjadi tahun 1987. Dijelaskan, peluang ini memungkinkan mengingat nilai dollar AS masih terus melemah berkenaan defisit transaksi berjalan AS yang kian membengkak. Pasar melihat dollar AS yang lemah perlu untuk menekan defisit transaksi berjalan tadi.

Nilai dollar AS sejauh ini sudah melemah 2,5 persen atas euro dan 1,9 persen atas yen Jepang. Dollar AS hari Selasa diperdagangkan sedikit menguat, di tengah pasar valuta Jepang yang libur demikian pula pasar valuta AS yang bersiap libur thanksgiving hari Kamis besok. Hari libur ini membuat nilai dollar AS tertahan dari kejatuhan lebih lanjut.

"Ada keinginan besar untuk menjual dollar AS atas yen, sekalipun ada kemungkinan aksi intervensi pasar unilateral dari Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ). Kemungkinan intervensi karena khawatir nilai dollar AS akan mencapai 100 yen," ujar John Kyriakopoulos, strategis valuta pada National Australia Bank.

Dollar AS di Singapura diperdagangkan pada 103,42 yen dibandingkan dengan 103,15 yen pada penutupan di New York hari Senin. Terhadap euro, dollar AS diperdagangkan pada 1,300, menguat dibandingkan dengan 1,3045 di New York. Nilai dollar AS ini lebih tinggi dibandingkan dengan rekor terendah atas euro pekan lalu, yakni 1,3074.

Minyak mentah bertahan

Sementara itu, harga minyak mentah di pasar berjangka turun meski kalangan pedagang mengatakan bahwa harga tetap bertahan pada 48 dollar AS per barrel menjelang liburan panjang thanksgiving di AS akhir pekan ini. Minyak light sweet yang merupakan patokan di New York untuk pelepasan bulan Januari turun 31 sen menjadi 48,33 dollar AS per barrel.

Harga minyak dunia akhir bulan Oktober lalu sempat mencatat rekor tertinggi 55,67 dollar AS per barrel, akibat pasar khawatir pasokan minyak dunia yang berkurang menjelang musim dingin. Harga minyak kemudian terkoreksi mendekati 45 dollar AS per barrel, setelah kekhawatiran ini terhapuskan, terutama karena kenaikan persediaan minyak di AS. Harga minyak kembali naik setelah laporan persediaan bahan bakar minyak tertentu di AS kembali berkurang.

Departemen Energi AS akhir pekan lalu menyebutkan, persediaan minyak mentah di AS naik 800.000 barrel menjadi 292,3 juta barrel pada sepekan menjelang 12 November lalu. Meski demikian, persediaan sejumlah produk BBM termasuk minyak pemanas turun 1 juta barrel menjadi 114,6 juta barrel, penurunan selama sembilan pekan berturut-turut. Kondisi ini bertolak belakang dengan harapan pasar, ada kenaikan persediaan produk BBM sebesar 1 juta barrel.

Eswaran Ramasamy, pemerhati pasar minyak Asia, di Singapura mengemukakan, harga minyak akan terus merangkak seiring dengan datangnya musim dingin di belahan bumi utara. "Musim dingin akan melanda Amerika Serikat pada pekan ini, dan itu sebabnya harga minyak naik," ujar Ramasamy. "Kini setiap orang balik lagi ke kereta lama, mereka kembali menjadi faktor yang menentukan," jelasnya.

sumber: