Harga batu bara berpeluang terkoreksi

Harga batu bara berpeluang terkoreksi

 

JAKARTA (Pers biro): Harga batu bara setelah mengalami reli ke rekor tertinggi akan sedikit mengalami perubahan pada semester II/2005 karena ekspor dari Australia dan Indonesia menguat sejalan dengan kenaikan permintaan global, ungkap satu survai.

Harga spot untuk batu bara thermal coal yang diangkut di Newcastle, Australia, terminal ekspor batu bara terbesar dunia, rata-rata akan mencapai US$52 per ton pada semester II/2005 berdasarkan prediksi median dalam survai Bloomberg yang menghimpun lima analis.

Harga batu bara pada semester I/2005 mencapai rata-rata US$51,27 per ton, berdasarkan data yang dipublikasikan platform perdagangan online globalCOAL.

Ben Lyons, analis Macquarie Bank Ltd Sydney, menuturkan permintaan batu bara meningkat karena krisis energi. "Selain itu, juga ada tambahan pasok yang berasal dari Indonesia dan Australia sejalan dengan upaya kami melalui hambatan infrastruktur."

Harga batu bara menguat ke posisi rekor dalam 18 bulan terakhir seiring dengan meningkatnya ekonomi global dan pengalihan penggunaan bahan bakar di tengah lonjakan harga minyak. Sementara keuntungan itu telah mendorong perluasan pelabuhan di Australia, di negara eksportir thermal coal terbesar itu dan ekspansi operasi tambang di Indonesia, sebagai eksportir batu bara terbesar kedua dunia.

Menurut indeks globalCOAL NEWC batu bara yang dikirim melalui Newcastle, Australia, pekan lalu turun US$0,07 menjadi US$51,85 per ton, 115 lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Indeks menyentuh rekor tertinggi di US$63,63 dalam pekan yang berakhir 3 Juli 2004, lebih dari dua kali tingkat harga tahun sebelumnya. Peningkatan permintaan energi global juga memicu harga minyak dan gas. Sedangkan minyak mentah meningkat ke rekor US$61,90 per barel di New York pada 8 Juli.

Ekspor thermal coal Australia akan naik 3% tahun ini menjadi 115,7 juta ton, ungkap estimasi Hatch dari Investec.

Perusahaan penambang batu bara Indonesia akan mengekspor 118 juta ton batu bara tahun ini atau lebih dari 12% dari 2004, ungkap pialang kapal Clarkson Plc, London.

Harga batu bara telah menguat mencapai rekor di Asia karena peningkatan permintaan di China.

PT Bumi Resources, eksportir batu bara terbesar Indonesia Juni 2005, menyatakan produksi meningkat sekitar 21% per tahun dalam tujuh tahun ke depan. Bumi berencana meningkatkan produksi tambang unit PT Kaltim Prima di Kalimantan Timur menjadi 30 juta ton tahun ini dari 24 juta ton pada 2004.

"Ekspor Indonesia sungguh besar tahun lalu, lebih dari yang diperkirakan sebelumnya,' ujar Gerard Burg, ekonom mineral National Australia Bank di Melbourne.

sumber: