Guru SD di Nias Selatan Dilatih Mengatasi Trauma

Jumat, 25 November 2005

Guru SD di Nias Selatan Dilatih Mengatasi Trauma

Teluk Dalam, Kompas - Sebanyak 14 guru sekolah dasar dari berbagai sekolah di Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara, dilatih untuk mengatasi trauma terhadap gempa bumi dan tsunami. Nantinya, mereka diharapkan dapat menularkan metodemetode mengatasi trauma itu untuk dapat meminimalkan dampak gempa terhadap setiap anak didik.

Hingga saat ini ditengarai masih banyak warga di Nias Selatan yang mengalami trauma, bukan saja sebagai akibat tsunami, tetapi juga terhadap gempa bumi. Dan, gempa bumi sampai saat ini masih berlangsung, sebagaimana terjadi pada akhir pekan lalu yang hingga 6,2 skala Richter.

�Kami mendapatkan banyak laporan, begitu banyak korban tsunami dan gempa bumi, yang trauma terhadap bencana-bencana itu. Makanya, kami datang untuk mengurangi beban trauma itu,� kata instruktur Young Men’s Christian Association (YMCA), Aad Kik, Kamis (24/11), saat ditemui di Sorake Resort.

Aad Kik mengatakan keengganan para pengungsi untuk kembali ke permukiman awal mereka merupakan bagian dari trauma. Hal ini masih ditandai oleh trauma pribadi, seperti contohnya kecenderungan menarik diri dari keramaian atau sebaliknya, malah meleburkan diri dalam keramaian.

Contoh trauma lain yang bisa dijumpai, katanya menambahkan, adalah sulit tidur atau sebaliknya, tidur sepanjang waktu dengan kecenderungan meningkatkan sifat malas. Kemudian, munculnya sifat-sifat pemarah dan ego yang tinggi.

�Kami berupaya keras mengatasi trauma di masyarakat. Salah satunya adalah dengan menjadikan mereka sahabat. Tetapi, memang sulit karena terkadang masyarakat tidak sudi dikatakan menderita berbagai trauma,� kata aktivis YMCA, Tumpal Batara Simanjuntak.

Hambatan lain adalah ketergantungan para pengungsi kepada bantuan yang begitu besar menyebabkan program-program pendampingan yang diberikan kepada mereka mengalami kesulitan untuk diterima. Dalam hal ini, para pengungsi lebih mengharapkan adanya bantuan fisik, seperti pangan hingga bahan bangunan.

Instruktur Aad Kik, yang berasal dari Belanda, mengatakan telah beberapa kali melakukan pelatihan, baik di Sumatera Utara maupun di Nias. Pelatihan ditujukan bagi para mentor karena dia menyadari tidak mungkin memberikan pelayanan langsung pada semua korban.

Dipilihnya guru SD sebagai sasaran pelatihan karena usia kanak-kanak sangatlah ideal untuk mendapatkan pelatihan. Ini disebabkan trauma dapat datang lagi, bahkan ketika mereka dewasa kelak.

�Awal Januari lalu saya pernah memberikan pelatihan kepada para mentor di Pulau Nias. Namun, ketika gempa bumi datang lagi dengan sangat dahsyat, mereka pun kembali kehilangan kepercayaan diri,� ujar Aad Kik. Dia mengakui hal itu merupakan sebuah tantangan yang harus bisa diatasi.

Dia berharap dengan teratasinya trauma, masyarakat dapat kembali membangun Nias. Sebab, pembangunan dapat berjalan baik apabila tidak ada lagi ketakutan-ketakutan.

Menurut pandangan Aad Kik, pelatihan trauma agar dapat dilakukan terhadap sebagian besar rakyat Nias. Ini disebabkan bencana alam berupa tsunami dan gempa bumi merupakan bagian dari sejarah pulau yang terletak di perairan sebelah barat Pulau Sumatera ini. (ryo)

sumber: