Gubernur BI: Optimis Kebijakan Indonesia Mampu Meminimalisir Dampak Kenaikan Harga Minyak Dunia

 

Senin, 17 Oktober 2005, 04:55 WIB
Gubernur BI: Optimis Kebijakan Indonesia Mampu Meminimalisir Dampak Kenaikan Harga Minyak Dunia

Laporan -

JAKARTA, investorindonesia.com

Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah, di depan sidang para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara-negara G20 di Epoch City, China, Minggu, menyatakan optimis dampak negatif dari kenaikan harga minyak dunia dan ketidakseimbangan global terhadap perekonomian Indonesia dapat diminimalisir melalui berbagai kebijakan fiskal dan moneter yang telah diambil akhir-akhir ini.

Gubernur BI, yang hadir bersama Menteri Keuangan RI Jusuf Anwar, menghimbau semua pihak untuk berpartisipasi dalam meningkatkan stabilitas harga minyak dunia melalui peningkatan efisiensi pasar untuk mengurangi spekulasi, peningkatan investasi di sektor migas, penghematan energi, serta kebijakan-kebijakan untuk mengurangi dampak kenaikan harga minyak pada perekonomian domestik.

Pertermuan ketujuh negara-negara G20 yang mengambil tema "Global Cooperation: Promoting Balanced and Orderly World Economic Development" tersebut berlangsung selama dua hari, 15-16 Oktober 2005 dibuka oleh Presiden China Hu Juanto.

Pertemuan tersebut, selain membahas kondisi dan tantangan perekonomian global, juga membahas berbagai isu penting seperti agenda reformasi lembaga-lembaga Bretton Woods (IMF dan World Bank), alternatif mekanisme pembiayaan pembangunan, kerangka pembangunan yang berkelanjutan, serta masalah demografi dan migrasi.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur BI juga menekankan bahwa dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Indonesia lebih jauh akan memfokuskan pada upaya memperbaiki manajemen utang pemerintah, peningkatan stabilitas pasar keuangan, mengatasi masalah governance, dan meningkatkan akses golongan ekonomi lemah dan UMKM kepada sektor keuangan.

Selain menghadiri sidang G-20, kegiatan Gubernur BI di China juga akan dilanjutkan dengan acara penandatangan Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan Peoples Bank of China (Bank Sentral China) pada Senin tanggal 17 Oktober 2005. (ant)

sumber: