Gasifikasi Batubara dengan Teknologi UCG, Potensi Besar Energi Alternatif masa Depan

 

 

Apa yang dikatakan oleh Kenichi Ohmae, seorang futuris terkenal Jepang perlu mendapatkan perhatian dari kita semua. Dia mengatakan bahwa “akumulasi nilai dari sumber daya alam tidak terjadi di tempat sumber daya alam tersebut, melainkan di pasar tempat komoditi dijual�. Mengenai hal ini kita bisa mengambil contoh Jepang dan Korea Selatan, walaupun negara-negara ini tidak mempunyai sumber daya alam dalam jumlah yang besar, industri mereka tumbuh dan berkembang dengan pesat melalui impor bahan baku yang diperlukannya. Pada waktu ini mereka bukan hanya membeli, tetapi merekapun mengeksploitasi sumber daya alam negara lain, diantaranya di Indonesia. Dengan demikian mereka meraup keuntungan yang berlipat ganda.

 

Produksi batubara dengan metode penambangan terbuka menimbulkan kerusakan lingkungan, diperkirakan telah terjadi kerusakan pada area seluas 70.000 ha. Sementara itu, penambangan batubara juga menimbulkan polusi air pada sungai-sungai di dekat lokasi pertambangan yang menyebabkan menurunnya kualitas air bersih bagi kepentingan penduduk di sekitarnya. Untuk mencegah kerusakan lingkungan, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, suatu peraturan yang sangat ketat dan bahkan melampaui peraturan yang dibuat Pemerintah Canada dan Amerika Serikat. Pada kenyataannya, peraturan “yang ketat� ini tidak berjalan karena adanya hambatan teknologi dan sumber daya manusia.

 

Pada waktu ini di berbagai negara maju, sedang dilaksanakan percobaaan pemanfaatan Teknologi UCG (Underground Coal Gasification). Teknologi ini berasal dari Uni Soviet (sekarang Federasi Rusia) dan ditemukan pada tahun 1933 dan mulai dipergunakan secara komersial di Donez Basin pada tahun 1954 dan di Kuznetz Basin pada tahun 1962 oleh perusahaan Podzemgaz (sekarang bernama Promgaz). Teknologi UCG telah memperlihatkan hasil yang secara teknis dan komersial dapat dipertanggungjawabkan dan sangat menguntungkan.

 

Tahun 1974 lisensi untuk memanfaatkan Teknologi UCG diberikan kepada perusahaan Amerika dan mereka sedang mengembangkan teknologi bersama negara-negara Barat lainnya (Australia, Spanyol dan Belgia, disamping Jepang dan Cina. Di Federasi Rusia jumlah batubara yang telah dimanfaatkan melalui proses gasifikasi di bawah tanah (underground gasification) mencapai 15 juta ton yang menghasilkan 50 milyar m3 gas. Sementara di Amerika Serikat telah dilakukan percobaan gasifikasi sebanyak 50.000 ton.

 

Untuk mengembangkan Teknologi UCG, Institut Pertambangan Dnepropetrovsk sedang melakukan riset dan pengembangan dalam memproduksi gasoline, methanol dan bahan-bahan kimia lainnya. Di negara lain, terutama Australia, Teknologi UCG memperlihatkan hasil yang sangat baik dan mereka sedang mempersiapkan produksi komersial di kota Chincilla, yang terletak 350 km sebelah Barat kota Brisbane.

 

 

Proses Gasifikasi

 

Underground Coal Gasification, merupakan teknologi pemanfaatan batubara dengan mengkonversikannya secara in-situ menjadi bahan bakar gas dan untuk penggunaan industri kimia lainnya. Proses UCG ini dilakukan melalui injeksi uap dan udara atau oksigen (O2) ke dalam lapisan batubara (coal seam) yang berada di bawah permukaan tanah melalui “sumur produksi� (production well). Di lapisan batubara bawah tanah akan terbentuk rongga (cavity) dan terjadi proses gasifikasi dan proses kimiawi, di mana batubara tersebut akan terbakar dan menghasilkan gas. Gas ini kemudian disalurkan melalui pipa khusus ke permukaan tanah, di mana terletak instalasi pengolahan gas (gas processing). Sebagian gas dipergunakan sebagai bahan bakar stasiun pembangkit tenaga listrik dan sebagian lagi dipergunakan sebagai bahan sintesis (syngas) bahan kimia, seperti hydrogen, methanol atau bahan kimia gas lainnya.

 

 

Proses Kimiawi

 

Hasil eksperimen penggunaan teknologi UCG pada tambang yang dangkal (shallow UCG, di bawah 500 meter), dari jumlah batubara sebanyak 20.000 ton dihasilkan gas sebanyak 55 juta meter kubik melalui proses pirolisis  dan gasifikasi. Atau sama dengan 1 ton batubara menghasilkan 2.750 meter kubik gas dan angka ini merupakan angka moderat. Produksi gas sangat tergantung dari jenis batubara, kedalaman, akurasi pembuatan sumur produksi, efisiensi pengolahan gas dan kondisi lokal lainnya. Di Cina (Xinwen dan Shandong), dari tambang batubara Suncan yang mempergunakan teknologi UCG, mereka mampu memasok 20.000 meter kubik gas per hari untuk keperluan 10.000 rumah tangga dan industri dengan harga yang relatif murah daripada produk bahan bakar lainnya.

 

 

Manfaat

 

Teknologi UCG merupakan teknologi ramah lingkungan yang tentunya akan membawa maslahat bagi umat manusia, hal-hal yang menguntungkan antara lain:

 

·         Tidak adanya hal-hal negatif, seperti debu, kebisingan dan dampak negatif lainnya yang kasat mata di permukaan tanah.

·        Risiko polusi air yang rendah di permukaan tanah

·        Mengurangi emisi methan

·        Minimnya pengelolaan kotoran dan bahan buangan lainnya

·        Tidak adanya proses pencucian batubara

·        Tidak perlunya tempat penumpukan dan transportasi

·        Pemakaian ruang kegiatan yang kecil di stasiun pembangkit listrik

·        Kondisi kesehatan dan keamanan (safety) yang baik

 

Di samping hal-hal sebagaimana disebutkan di atas, keuntungan dan manfaat lainnya adalah:

 

·         Teknologi UCG tidak memerlukan investasi yang besar jika dibandingkan dengan penambangan konvensional

·         Memungkinkan eksploitasi dan pemanfaatan batubara yang lebih besar

·         Pemakaian gas dan produk-produk UCG dapat menggantikan gas alam dan minyak bumi yang depositnya mulai menurun.

·         Gas produksi UCG akan mengurangi biaya operasional pembangkit tenaga listrik, biaya produksi per kWh hanya sebesar US$ 1,5 cent. Jauh lebih rendah jika dibandingkan biaya yang diberikan oleh IPP yang mencapai sekitar US$ 5,0 cent.

 

 

 

sumber: