Gambut di Pinggiran Kota Pontianak Terus Membara

Pontianak, Kompas - Gambut di pinggiran Kota Pontianak, Kalimantan Barat, hingga Rabu (30/6) terus terbakar dan membara karena suhu yang sangat panas. Lahan gambut di pinggiran kota ini terbakar akibat pembukaan lahan untuk pertanian dan perumahan dengan cara dibakar.

Kebakaran lahan gambut yang cukup besar, antara lain, terlihat di Kecamatan Sungai Raya dan di Sepakat II, Kecamatan Pontianak Selatan. Selain oleh petani, pembakaran lahan gambut juga dilakukan oleh pengembang perumahan yang mengambil langkah praktis dalam membersihkan lahan dengan cara dibakar.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Pontianak Ade Halida mengatakan, Bapedalda Kota Pontianak sudah mengeluarkan surat teguran keras kepada pengembang perumahan MUI 5 yang membuka lahan di Sungai Raya Dalam.

"Tidak gampang memadamkan gambut yang terbakar. Untuk satu hektar lahan gambut yang terbakar, butuh waktu dua hari memadamkannya," kata Ade Halida.

Syarif Iskandar dan Jefri dari Brigade Pemadam Kebakaran Hutan Manggala Agni Balai Sumber Daya Alam Kalimantan Barat yang melakukan pengecekan titik-titik api di Kubu dan Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak, menyatakan, lahan gambut di dua kecamatan tersebut masih terus terbakar.

Berdasarkan pemantauan Kompas, selain kabut asap yang menyengsarakan warga, sebagian warga Kota Pontianak kini mulai sulit mendapatkan air bersih seiring dengan datangnya musim kemarau. Sungai Kapuas yang menjadi sumber bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum Kota Pontianak sudah terintrusi air laut karena air tawar dari hulu sudah mulai menyusut. Daerah yang mengalami kesulitan air bersih itu antara lain di Kota Baru, Purnama, Johar, Ampera, dan Pal Lima.

Hanya satu hari

Dari Pekanbaru dilaporkan, pengaruh bencana asap yang melanda Provinsi Riau sejak awal Juni lalu ternyata tidak berpengaruh besar terhadap kondisi udara di Singapura.

Sejak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau menetapkan status siaga berkaitan dengan kabut asap pada minggu pertama Juni, Singapura hanya mendapat "kiriman" asap selama satu hari saja. Hal itu diungkapkan Konsul Singapura untuk Riau, Ajit Singh, saat ditemui di Pekanbaru, Rabu.

Pihak Kementerian Lingkungan Hidup Singapura menyatakan, kepungan asap selama satu hari itu tidak terlalu membahayakan kesehatan warganya.

Ajit mengatakan, asap yang berasal dari kawasan Provinsi Riau dan Provinsi Jambi itu tidak separah saat Singapura mendapat kiriman asap pada musim kemarau tahun 1997. Bencana asap selama Juni 2004 ini tidak sampai berimplikasi terhadap aktivitas bisnis dan perekonomian negara pulau tersebut.

Meskipun demikian, pihak Singapura mengharapkan agar bencana asap itu tidak terulang lagi. Sebagai negara bertetangga, Singapura dapat mengerti kesulitan yang dialami oleh Pemprov Riau dalam memadamkan titik api yang menyebabkan asap tebal itu.

Dikatakan, asap tidak akan menimbulkan masalah di negaranya jika ada usaha maksimal dari Pemprov Riau dalam memecahkan masalah tersebut.

Menunggu tawaran

Sementara itu, Wakil Gubernur Wan Abubakar yang juga Ketua Umum Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau menyatakan, hingga saat ini belum ada tawaran resmi dari kedua negara itu (Malaysia dan Singapura) untuk ikut membantu pemadaman titik api yang kini ada di berbagai wilayah di Riau.

"Terus terang, kami ini sebenarnya malu dengan adanya bencana ini. Namun, pada kenyataannya, bencana asap ini terus-menerus terjadi akibat rendahnya kesadaran masyarakat dan dunia usaha di Riau dalam menjaga lingkungan," kata Wan.

Menurut Wan, Malaysia memiliki teknologi yang tergolong maju dalam memadamkan lahan yang terbakar. Negara tersebut memiliki sumber daya manusia cukup baik, yakni pasukan Bomba atau pasukan pemadam kebakaran Malaysia.

sumber: