Evaluasi Dan Prediksi Ekonomi Kalsel (1) Perkebunan Gantikan Batu Bara
Evaluasi Dan Prediksi Ekonomi Kalsel (1)
Perkebunan Gantikan Batu Bara
Jumat, 30 Desember 2005 04:03:43
DATA dan analisa boleh bicara bahwa ekonomi terpuruk, termasuk di Kalimantan Selatan. Tapi fakta justru berkata lain. Di saat tidak menentunya perekonomian, ditambah naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang menurunkan daya beli masyarakat, permintaan barang mewah malah menunjukkan grafik meningkat.
Apa indikatornya sehingga dikatakan meningkat? Masuknya investor baru seperti properti, industri otomotif, pusat perbelanjaan dan lembaga perbankan, barangkali bisa dijadikan salah satu alat pengukur bahwa perekonomian di Kalsel cukup memberikan prospek bagi kalangan pebisnis di sektor tersebut.
Ambil contoh sektor properti. Siapa tak kenal nama pengusaha swasta nasional Ciputra? Dengan menggandeng salah satu pengembang daerah, Ciputra yang dikenal pengusaha besar di negara ini ini berani mempertaruhkan dananya untuk membangun perumahan kelas elit di Kalsel. Pertimbangannya, Ciputra Group menilai ekonomi Kalsel tumbuh dengan pesat.
Untuk sektor otomotif juga tak ketinggalan. Jika selama ini Kalsel banyak didominasi kendaraan produk Asia, selama 2005 terlihat pertumbuhan yang cukup pesat. Ini ditandai masuknya kendaraan Eropa dan Amerika. Produsen otomotif dari negara-negara di Benua ini harganya ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Sedangkan perbelanjaan, September lalu perekonomian Kalsel denyutnya semakin kencang dengan kehadiran Makro Indonesia. Kehadiran pusat perkulakan milik pengusaha Belanda ini, tentu saja menjadi nilai tambah bagi dunia usaha dan mendorong masuknya investasi luar.
Sejumlah perbankan juga melebarkan sayapnya ke Kalsel, antara lain Bank Permata, Bank NISP dan ABN Amro Bank. Ini tentu saja menjadi indikator bahwa pertumbuhan di Kalsel cukup menjanjikan. Belum lagi sektor telekomunikasi yang juga menunjukkan peningkatan.
Mengapa perekonomian Kalsel dipandang oleh investor luar memberikan prospek cerah? Berdasarkan data lembaga investasi di daerah ini, pemicunya adalah perkembangan di sektor pertambangan yang sangat pesat, terutama batu bara.
Realisasi investasi di Kalsel selama 2005 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jika selama 2004 hanya ada satu investasi perluasan, maka di 2005 terdapat tiga investasi baru Penamaman Modal Dalam Negeri (PMDN) senilai Rp304,137 miliar dan 17 Penanaman Modal Asing (PMA) senilai 80,253 juta dolar AS.
Dari total investasi yang ditanamkan di Kalsel selama kurun waktu tersebut, sektor pertambangan khususnya tambang batu bara masih menjadi sektor primadona. Hampir semua investasi PMA yang ada di Kalsel di 2005 berkaitan dengan sektor tersebut. Baik itu perusahaan jasa kontraktor pertambangan umum, perdagangan atau ekspor, jasa konsultan bisnis dan manajemen pertambangan.
Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah dan Kawasan Ekonomi Terpadu (BKPMD dan Kapet) Kalsel, Aseffah Rifay, hal itu disebabkan bisnis pertambangan khususnya eksploitasi batu bara sebelumnya juga telah mengundang sejumlah investor asing. Namun investasi yang ada saat ini umumnya hanya dari sisi pelayanannya seperti jasa konsultan, perdagangan ekspor dan manajemen perdagangan batu bara.
Meski pada 2006 sektor ini diprediksi mulai menurun intensitasnya, lantaran meningkatnya penertibangan tambang ilegal (illegal mining) oleh aparat, namun batu bara tetap akan menjadi primadona dalam sektor investasi maupun ekspor.
Akan tetapi, sektor perkebunan dan pertanian perlahan tapi pasti juga mulai menggeser tambang. Terbukti, menjelang akhir 2005, tercatat investasi cukup besar masuk ke sektor perkebunan singkong dengan adanya pabrik pengolahan tepung tapioka oleh PT Cahaya Borneo Sukses Agrosindo di Kabupaten Tanah Laut.
Selain pertanian dan perkebunan, sebagaimana disebutkan Aseffah, batu bara juga akan disaingi oleh tambang bijih besi. anjar wulandari
sumber: