Ekspor Februari Menurun 2,64 Persen

Jakarta, Kompas, 2 April 2004 - Kinerja ekspor Indonesia pada bulan Februari 2004 hanya mencapai 4,90 miliar dollar AS, atau turun 2,64 persen dibandingkan dengan ekspor Januari yang nilainya mencapai 5,03 miliar dollar AS. Hal itu juga menyebabkan penurunan tipis pada angka kumulatif dari nilai ekspor bulan Januari-Februari 2003 sebesar 0,42 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2003, yakni dari 9,978 miliar dollar AS menjadi 9,935 miliar dollar AS.

Demikian data ringkasan perkembangan ekspor-impor Indonesia periode Februari 2003 dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diumumkan Kepala BPS Soedarti Surbakti, Kamis (1/4) di Jakarta. Indonesia masih mencatat surplus perdagangan selama bulan Februari 2004 sebesar 2,008 miliar dollar AS karena nilai impor selama bulan yang sama hanya 2,893 miliar dollar AS.

Soedarti juga mengatakan, pada bulan Februari 2004, ekspor nonmigas Indonesia turun sebesar 1,93 persen menjadi 3,76 miliar dollar AS. Sedangkan ekspor pada periode Januari-Februari tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,06 persen.

Penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada kelompok kertas dan karton sebesar 134,9 juta dollar AS. Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada kelompok mesin dan peralatan listrik yang nilainya mencapai 197,5 juta dollar AS.

Ekspor nonmigas ke negara Amerika Serikat (AS) mencapai angka terbesar, yakni sebanyak 586,2 juta dollar AS, disusul negara Jepang sebanyak 469,1 juta dollar AS dan negara Singapura sebanyak 373,4 juta dollar AS dengan kontribusi ketiganya 37,96 persen.

Sedangkan, sektor ekspor hasil pertanian dan hasil industri pada kurun waktu Januari-Februari 2004 naik, masing-masing 7,29 persen dan 1,67 persen, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2003. Sebaliknya, hasil tambang mengalami penurunan 9,64 persen.

Pesanan turun

Deputi Bidang Statistik Ekonomi BPS Slamet Mukeno mengatakan, penurunan ekspor Indonesia pada bulan Februari 2004 sejalan dengan menurunnya produksi industri di dalam negeri yang disebabkan penurunan pesanan dari negara pembeli. Sebagian produk dari industri yang disurvei BPS merupakan barang ekspor ke luar negeri.

Slamet menambahkan, impor ke negara pembeli, seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman, memang mengalami penurunan. Hal itu, memengaruhi ekspor nasional secara keseluruhan.

Slamet juga mengemukakan angka indeks produksi pada bulan Februari 2004 memang negatif 3,3 persen. Oleh karena itu, angka indeks tersebut paralel dengan penurunan ekspor Indonesia ke beberapa negara.

Sementara itu, nilai ekspor Indonesia tahun 2003 mencapai 61,023 miliar dollar AS, dengan nilai ekspor pada bulan Desember 2003 sebesar 5,23 miliar dollar AS. Nilai ekspor tahun 2003 ini naik 6,76 persen dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2002 yang mencapai angka sebesar 57,158 miliar dollar AS.

Kenaikan tersebut diikuti pencapaian nilai ekspor nonmigas yang melebihi target pertumbuhan lima persen. Nilai ekspor nonmigas naik 5,18 persen dari 45,046 miliar dollar AS tahun 2002 menjadi 47,380 miliar dollar AS pada 2003.

Perolehan ekspor tahun 2003 mendekati nilai ekspor tertinggi yang pernah dicapai Indonesia, yaitu 62,124 miliar dollar AS di tahun 2000. Selama dua tahun berikutnya, nilai ekspor tak pernah melebihi 60 miliar dollar AS. Untuk tahun 2003, pemerintah menargetkan nilai ekspor 60 miliar dollar AS dan pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar lima persen.

Impor naik

Impor Indonesia pada Februari 2004 meningkat sebesar 5,36 persen dari 2,745 miliar dollar AS pada bulan Januari menjadi 2,89 miliar dollar AS pada bulan Februari. Adapun secara kumulatif hingga Februari 2004, nilai impor mencapai 5,64 miliar dollar AS atau naik 1,46 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2003 sebesar 5,56 miliar dollar AS.

Untuk impor nonmigas tercatat sebesar 2,12 miliar dollar AS atau naik 3,33 persen. Sedangkan impor selama Januari- Februari 2004 mencapai 4,17 miliar dollar AS, atau turun 1,34 persen.

Selama dua bulan pertama tahun ini, impor nonmigas terbesar terjadi pada kelompok mesin dan pesawat mekanik dengan nilai 723,7 juta dollar AS atau 17,37 persen dari total impor nonmigas. Pemasok barang impor terbesar masih ditempati oleh negara Jepang dengan nilai impor sebesar 699,6 juta dollar AS dengan pangsa pasar 16,79 persen. Pemasok kedua ditempat oleh AS sebanyak 10,07 persen dan China sebanyak 8,84 persen

sumber: