BENGKULU--MIOL: Ekspor batu bara asal Bengkulu sulit menembus angka 1 juta metrik ton. Penyebabnya, keterbatasan alat berat perusahaan dan kurang prospektifnya harga di pasar internasional. Kepala Perwakilan PT Inti Bara Perdana, perusahaan penambangan batu bara di Taba Penanjung Bengkulu Utara, Nur Ilahi Firusdin, Sabtu (26/11) menyatakan, alat berat yang dimiliki lima perusahaan tambang di Bengkulu mampu berproduksi 20 metrik ton sampai 50 metrik ton, untuk setiap perusahaan per hari. Sayangnya, produksi optimal belum lagi dilakukan. Masih rendahnya harga batu bara di pasaran internasional menjadi penyebab pengusaha belum meningkatkan produksi. Kalau sekarang dengan harga pasaran internasional US$29 per metrik, kata Nur, pengusaha masih enggan berproduksi optimal. PT. Inti Bara Perdana, sekarang memiliki stok 100 ribu metrik ton batu bara di Pulau Baai, begitu juga dengan perusahaan lain. Ekspor yang sudah dilakukan perusahaan ini mendekati 600 ribu ton. Menurut Nur, bila harga batu bara mencapai US$35 sampai US$40 per metrik ton, pengusaha akan memperbarui peralatan mereka hingga produksi bisa ditingkatkan. Sebelum krisis, ekspor batu bara Bengkulu pernah mencapai 1,1 juta metrik ton per tahun. Setelah itu ekspor menyusut tajam. Bahkan 2004 hanya mencapai 422 ribu metrik ton. Perusahaan batu bara yang kini tengah melakukan eksploitasi, PT Bukit Bara Utama, PT Bukit Sunur, PT Berkelindo dan PT Danau Mas Hitam. Eksploitasi meliputi wilayah BBengkulu Selatan dan Taba Penanjung, Bengkulu Utara. Deposit batu bara di Bengkulu mencapai 100 juta metrik ton, namun yang sudah diproduksi sekitar 8 juta ton. Posisi batu bara berada pada kedalaman 0-30 meter di bawah permukaan tanah. (Ant/OL-02). |