Ekspor batu bara 12 kontraktor naik
![]() |
![]() |
![]() | ||
![]() |
JAKARTA (Bisnis): Selasa, 09/03/2004 - Dua belas perusahaan kontraktor batu bara mengalami kenaikan ekspor selama 2003, sehingga mendorong peningkatan ekspor komoditas itu secara nasional menjadi 85,61 juta ton dari sebelumnya 74,171 ton. Laporan Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, menyebutkan total ekspor batu bara dari 21 perusahaan kontraktor yang beroperasi mencapai 76,11 juta ton pada 2003. Volume ekspor tersebut, berarti meningkat dibandingkan realisasi tahun lalu yang hanya 66,53 juta ton Dari total penjualan batu bara ke manca negara yang dilakukan oleh perusahaan kontraktor tadi, 12 perusahaan mengalami kenaikan ekspor, enam perusahaan mengalami penurunan, empat perusahaan tidak memberikan laporan dan satu perusahaan tidak aktif. Ke-12 Perusahaan kontraktor batu bara yang mengalami kenaikan ekspor tersebut adalah PT Adaro Indonesia menjadi 14,40 juta ton dari sebelumnya 12,69 juta ton, PT Arutmin Indonesia menjadi 13,36 juta ton dan PT Kideco Jaya Agung menjadi 8,66 juta ton. PT Indominco Mandiri mengalami kenaikan ekspor dari 5,33 juta ton menjadi 6,03 juta ton. Berau Coal juga mengalami kenaikan ekspor menjadi 5,19 juta ton dari sebelumnya 5,07 juta ton. Perusahaan kontraktor lain yang mengalami kenaikan ekspor adalah Bahari Cakrawala Sebuku, Gunung Bayan Pratama Coal, Jorong Barutama Greston, dan PT Lanna Harita Indonesia. Sedangkan perusahaan kontraktor batu bara yang mengalami penurunan ekspor adalah PT Kaltim Prima Coal dari 16,63 juta ton menjadi 15,93 juta ton. Kontraktor yang tidak melaporkan kegiatan ekspor selama 2003 adalah PT Allied Indo Coal dan PT Bentala Coal Mining, PD Bartama dan PT Kadya Caraka Mulia. Sedangkan kontraktor yang tidak aktif melakukan produksi dan ekspor adalah PT Sumber Kumia Buana. Faktor harga Analis batu bara menyebutkan faktor utama dari kenaikan ekspor nasional tahun lalu adalah terus meningkatnya harga bahan bakar tersebut selama 2003. "Kenaikan harga batu bara yang mencapai puncaknya pada Desember tahun lalu sebesar US$34 per ton, membuat perusahaan komoditas ini berlomba-lomba untuk ekspor, sehingga pasokan untuk dalam negeri berkurang. Akibatnya PT Indonesia Power tahun lalu kesulitan mencari batu bara dari pasar spot untuk kebutuhan PLTU Suralaya," tandasnya. |
![]() |
|