Efek Domino Krisis Global Sedang Melanda (4): Penurunan Harga Komoditas Sedang Terjadi
Ketika awal tahun lalu harga minyak bumi terus merangkak bahkanmencapai puncaknya menjadi USD150 per barrel,kebanyakan orang cukup terkejut. Bahkanpemerintah Indonesia juga lalu bersiap diri sedemikian rupa agar dampak kenaikan harga ini dapat diatasi khususnya karena semakin membengkakny angka subsidi BBM yang akan dikeluarkan Pemerintah. Di sisi lain, kenaikan ini juga, disamping faktor lainnya, telah membawa kenaikan harga komoditas lainnya seperti batubara,dan mineral lainnya. Maka Pemerintahpun berusaha keras untuk menyesuaikan harga ini di dalam kontrak kontrak antara produser dan konsumer karena akan berpengaruh pada penerimaan negara. Contohnya batubara, Pemerintahberupaya agar para produser dapat menaikkan harganya dalam kontrak perdagangan mereka dengan konsumer khususnya konsumer luar negeri, karena ini akan meningkatkan penerimaan negar apajak dan bukan pajak.
Tiba-tiba turbulensi ekonomi terjadi, efek dari kredit macet Subprime Mortgage ternyata berdampak luar biasa. Bursa saham di seluruh dunia rontok, yang didahului oleh rontoknya lembaga-lembaga finansial raksasa di Amerika Serikat. Nilai tukar mata uang bergejolak, bahkan rupiah sebagai contoh sempat jatuh di bawah Rp. 10.000 per USD, suatu hal yang dalam banyak hal dianggap sebagai sebuah kontradiksi di tengah penurunan nilai tukar dollar di seluruh dunia.
Walaupun pemerintah Amerika Serikat telah mengeluarkan kebijakan Bailout (talangan) sebesar USD 700 miliar yang juga diikuti oleh berbagai negara di belahan dunia lainnya dengantujuan untuk menyangga agar perekonomian tidak terus jatuh, atau diharapkan agar krisis finansial ini tidak menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan,namun akhirnya mau tidak mau telah terjadi kelambatan ekonomi dunia.
Dari laporan World OEconomic Outlook October 2009, secara keseluruhan dunia akan mengalami kelambatan ekonomi dari 5% tahun 2007, menjadi 3,9% tahun 2008 dan menjadi 3% tahun 2009. Bahkan Amerika Serikat sebagai biang krisis ini akan melambat dari 2,0% tahun 2007, menjadi 1,6% tahun 2008 dan hanya 0,1% tahun 2009. Sedangkan Eropa juga melambat dari 2,6% tahun 2007 menjadi 1,3% tahun 2008 dan 0,2% tahun 2009. Beberapa negara di Eropa bahkan akan mengalami kontraksi ekonomi tahun 2009 sebesar 0,1-02% yaitu Inggris, Itali dan Spanyol. Namun untuk emerging and developing economies (EDE), termasuk Indonesia, diperkirakan akan tetap lebih tinggi pertumbuhannya, walaupun tetap juga menurun, yaitu dari 8% tahun 2007, menjadi 6,9% tahun 2008 dan 6,1% tahun 2009. Faktor China dan India sangat besar di dalam pertumbuhan ekonomi kelompok EDE ini. Laporan tersebut juga menyampaikan bahwa ekonomi dunia saat ini sedang memasuki era yang paling kritis dan berbahaya semenjak terjadinya depresi eknomi besar tahun 1930-an.
Minyak Bumi Anlok
Ketika minyak menyemtuh USD150 perbarrel banyak yang panik. Hanya beberapa bulan sesudahnya minyak menuju ke USD60 per barrel, bahkan diprediksikan akan mencapai USD55 per barrel pada hari-hari mendatang. Kembali banyak yang panik. Setelah harga minyak jatuh sebesar USD87 sejak puncakny pada bulan Juli
2008 sekitar USD147 per barrel, beberapa menteri pertambangan
negara-negara OPEC sudah mulai menyerukan agar produksi OPEC dikurangi
menjadi 1 juta barrel per hari untuk mencegah penurunan yang lebih
tajam.
Dampaknya di Indonesia muncul permintaan untuk penurunan harga BBM, suatu hal yang wajar, namun perlu dihitung secara cermat. Saat ini Malaysia sudah menurunkan harga bensin dan minyak diesel menjadi 2,5 ringgit (sekitar Rp6.600) untuk bensin dan 2,05 ringgit untuk minyak diesel. Menurut PM Badawi ke-depan harga minyak akan ditinjau secara periodik sesuai dengan biaya produksi minyak. Di Indonesia per 1 November 2008, harga pertamax sudah turun menjadi Rp 7000 per liter dari sebelumnya Rp. 7.950. Tentu pemerintah tidak mau kalau harga Pertamax nantinya akan di bawah harga premium.
Harga Komoditas Mulai terkena Imbas
Indeks Reuters/Jeffreries CRB yangmencakup 19komoditas melemah 22%. Kontrak emas terperosok paling dalam selama 26 tahun terakhir. Dalam kondisi perekonomian yang cenderungsemakin lesu nampaknya para pengusaha komoditas harus berhati-hati untuk tidak melakukan ekspansi besar-besaran.
Harga emas luar biasa terkena imbas. Padahal biasanya emas adalah cadangan investasi alternatif yang selalu dikejar orang manakala terjadi kekacauan ekonomi atau terjadi penurunan nilai tukar mata uang. Pada tanggal 17 Maret 2008 harga emas mencapai puncaknya sebesar USD1.033,39 per ons, namun tanggal 3 November 2008 harga emas telah menjadi USD726,80 per ons, suatu penurunan harga lebih dari sepertiganya dan mendekati harga jual tahun sebelumnya.
Dari London Metal Exchange (LME) dilaporkan beberapa harga komoditas yang tercatat pada penutupan Jumat 31 Oktober 2008 adalah: tembaga USD 4.097/metric ton, nikel USD 11.962 /metrik ton, timah USD 13.640 /metrik ton. Harga batubara yang tercatat di Indonesia Coal Index (ICI) tanggal 31 Oktober 2008 adalah: USD126,39 per ton untuk batubara dengan kualitas 6500 kkal/kg, padahal Agustus lalu harganya adalah USD 149,18 per ton atau turun lebih dari 23 USD. Demikian juga untuk kualitas lainnya USD 126,39 per ton untuk kualitas 5800 kkal/kg, Agustus lalu USD 149,18 per ton. Untuk batubara kualitas rendah adalah USD 75,60 per ton untuk kualitas 5000 kkal.kg dan USD 42,82 per ton untuk kualiast 4200 kkal/kg. Kondisi akan terus berubah, maka pemerintah perlu mengantipasi dengan langkah-langkah jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Satu hal yang pasti adalah bahwa potensi sumberdaya mineral dan batubara Indonesia yang masih cukup besar perlu dikelola sebaik mungkin agar memberikanmanfaat yang optimal bagi perekonomian dan pembangunan nasional (Edpaso, DJMBP).