Digagas Penambangan Under-Ground

 

Banjarmasin, BPost
Mengusung alasan ramah lingkungan, Dinas Pertambangan Kalsel bersama-sama JCOAL (Japan Coal Energy Center) menggagas pertambangan batu bara under-ground atau bawah tanah.

Tambang demikian, biasa dipraktekkan di Jepang. Bahkan di Negeri Sakura itu panjang terowongan bisa mencapai 30 kilometer.

"Selama ini image penambangan itu kan tidak ramah lingkungan. Maka untuk menjaga supaya lingkungan tidak rusak kita ubah teknik dari penambangan open-pit menjadi penambangan under-ground," kata Kepala Dinas Pertambangan Kalsel, Sukardhi saat dicegat BPost, Senin (26/4) di Gubernuran.

Untuk itu, sambung mantan Kepala Dinas Koperasi ini, memang diperlukan studi kelayakan khusus. Berkaitan hal itu pula kini pemerintah menggandeng tenaga ahli dari JCOAL untuk memberi pelatihan.

"Kita kan perlu studi kelayakan khusus dari jepang yang akan memberikan training kepada perusahaan dan pemerintah daerah. Yang dari perusahaan antara lain Sumber Kurnia Buana, Tanjung Alam, Kadia Caraka dan Bangun Banua," ujar Sukardhi.

Lokasi yang dibidik untuk tambang under-ground adalah Kabupaten Tapin dan Banjar. Kedua daerah ini, sebut Sukardhi, kondisi tanahnya sangat memungkin untuk dikeruk harta karunnya.

"Kalau soal titik-titiknya di mana saja, itu belum ditentukan. Nanti yang akan mementukan tentunya adalah perusahaan tersebut, dimana yang layak sesuai hasil training," jelasnya.

Ditanya masalah untung dan rugi, Sukardhi mengakui biaya untuk tambang under-ground lebih tinggi dibandingkan open-pit. Namun demikian, dengan cara membuat terowongan, perusahaan penambang tidak perlu lagi mengeluarkan biaya reklamasi dan tentunya lingkungan masih tetap terjaga.

Apakah penambangan bisa merambah di bawah pemukiman penduduk?. "Oh ya, memungkinkan saja. Tapi semua itu sudah diperhitungkan keamanannya, jadi tidak perlu khawatir," kata Sukardhi meyakinkan.

Terpisah, Manager International Cooperation Departemen Engineering JCOAL, Masafumi Uehara, training akan berlangsung hingga 2006 mendatang. Jadi pelaksanaan penambangan paling lambat 2006 mendatang.

"Untuk sementara yang kita training adalah Sumatera Utara dan Kalimantan Timur. Dan saya lihat, Kalimantan Selatan sangat memungkinkan dan tekstur tanah tetap aman. Soal bahaya, sudah ada teknik mengatasinya," kata Masafumi dalam bahas Indonesia yang terbata. rbt

sumber: