Dibangun, PLTU USD 800 Juta
Indo.Pos-Jawa Pos News Network (JPNN) Ekonomi Bisnis Tanggal 26 Januari 2004 hari Senin Halaman 6
Jakarta-PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PT BA) kembali membikin terobosan bisnis. Dengan mengandeng anak perusahaan PLN, yakni PT Indonesia Power, PT BA membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di mulut tambang di Riau dan Sumsel. Pembangunan pembangkit listrik di areal tambang batubara tersebut, dimaksudkan untuk mempermudah pasokan bahan bakar yang berupa batubara.
“Target kami, pembangkit listrik tersebut bisa dioperasikan pada akhir 2007 atau paling lamabat awal 2008,� jelas Direktur Teknik PT BA Arwady Cornelius Purba kepada koran ini di Jakarta kemarin.
Dalam Pembangunan PLTU tersebut PT BA dan Indonesia Power membentuk dua perusahaan patungan (joint venture). Selain itu, untuk membangun PLTU yang berlokasi di Banjarsari Sumsel, PT BA juga mengandeng investor swasta setempat. Dengan share masing-masing 24 persen PT BA, 51 persen Indonesia Power dan 25 persen swasta lokal.
PLTU yang dibangun dengan kapasitas 2 x 100 megawatt (MW) itu diprediksi membutuhkan biaya USD 200 juta. �Dari kebutuhan dana sebesar itu, hanya 30 persen yang menggunakan dana internal. Sisanya kami upayakan melalui pinjaman,� ungkap Purba. Dia menambahkan feasibility studies analisa dampak lingkungan sudah diselesaikan sejak 2003 lalu.
Saat ini, PT BA sedang menyelesaikan Power Purcahase Agreement (PPA) untuk mengatur harga jual listrik yang akan diteken antara PLN dan perusahaan joint venture. Juga Coal Supply Agreement (CSA) yang mengatur pasokan batubara antara PT BA dan perusahaan joint venture yang besarnya 1 juta ton per tahun.
Selain di Sumsel, PT BA juga membentuk perusahaan joint ventur untuk membangun PLTU di Pranap, Riau ( 2 x 250 MW). �Mekanismenya sama, hanya kita mengandeng Pemda melalui BUMD dan akan membuka wilayah tambang baru di Riau,� bebernya.
Biaya investasi diperkirakan USD 600 juta dengan kebutuhan batubara 3 juta ton per tahun. Untuk tahap awal, dana yang disediakan untuk dua proyek itu mencapai USD 570 juta.
ÂÂ
sumber: