DESDM Tidak Punya Visi Jelas

DESDM Tidak Punya Visi Jelas 

RKAB 2006

 

Suara Karya, 18 Oktober 2005

 


JAKARTA (Suara Karya): Rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) Depertemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) tahun 2006 dinilai belum memiliki visi dan misi yang kuat. Padahal, anggaran yang disetujui lebih besar dari tahun 2005. "Meski anggaran sudah diputuskan, Komisi VII DPR harus melihat dulu rencana kerja dari Departemen ESDM," kata Anggota Komisi VII DPR-RI, Tjatur Sapto Edy usai pembahasan tertutup terkait anggaran dan rencana kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Komisi VII DPR-RI di Jakarta, kemarin.

Seperti diketahui, dalam anggaran Departemen ESDM yang sudah disetujui Panitia Anggaran DPR-RI terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari Rp 3,5 triliun pada 2005 menjadi Rp 4,77 triliun di 2006.

Tjatur mengatakan, DESDM belum memiliki visi dan misi yang jelas dalam penjabaran rencana kerja 2006. "Misalnya saja untuk Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI), tidak jelas apa yang mau dicapai, meski anggaran untuk penyelesaian masalah PETI itu diajukan," kata Tjatur.

Berdasarkan UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, menurut politisi PAN ini, fungsi organisasi maupun belanja barang harus jelas. "DPR inginkan target yang kongkret dari masing-masing unit organisasi," kata dia.

Di lain pihak, Gubernur OPEC untuk Indonesia Maizar Rahman mengatakan, harga minyak dunia pada 2006 diperkirakan masih tetap tinggi yakni antara 50-60 dolar AS per barel, kecuali para negara anggota OPEC bisa meningkatkan pasokannya. "Saat ini negara produsen OPEC maupun nonOPEC tidak memiliki kendali pasokan yang memadai," kata Maizar.

Menurutnya, harga minyak dunia baru bisa stabil bila kapasitas pasokan dunia mampu mengatasi kelangkaan minyak yang biasa diakibatkan faktor geopolitik atau nonfundamental seperti yang terjadi tahun 1986-2000, di mana produsen OPEC dan nonOPEC bersaing merebut pasar dunia.

"Ini ditujukan sewaktu invasi Irak ke Kuwait yang dilanjutkan perang Teluk. Gejolak harga hanya berlangsung sebentar karena gangguan pasokan dapat diatasi dengan peningkatan produksi negara-negara OPEC lainnya," ujarnya.

sumber: