Data Geologis Tol Kurang

Sabtu, 03 Desember 2005

Data Geologis Tol Kurang
Ada 16 Titik Rawan di Jalur Purbaleunyi

Bandung, Kompas - Direktur Utama PT (Persero) Jasa Marga Syarifuddin Alambai mengatakan, penyebab amblesnya ruas Jalan Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi di Kilometer 91,600 akibat kurangnya data geologis saat perencanaan.

Tidak ada kesalahan konstruksi. Kesalahan mungkin karena kekurangan pengumpulan data dan tidak diketahuinya data geologis. Jadi, baik perencanaan maupun pembangunannya sebenarnya tidak terburu-buru, ujar Alambai di Bandung, Jumat (2/12).

Ia menolak anggapan bahwa pembangunan yang memakan waktu hanya setahun memicu kerusakan di berbagai sudut jalan tersebut. Kerusakan di ruas Jalan Tol Purbaleunyi, katanya, masih dalam batas kewajaran kode etik jalan tol, yaitu tidak lebih dari 10 persen dari total pembangunan.

Alambai menambahkan, proses perencanaan yang dilakukan mulai tahun 1993 sudah berdasarkan metode konstruksi, yaitu mengambil sampel tanah setiap 200-500 meter. Karena tidak ada peringatan dari tim penguji dan desain proyek Jalan Tol Cipularang, Randle & Palmer, eksekusi dilakukan.

Mungkin saat pengecekan tanah, pihak Randle & Palmer terlewatkan satu bagian, khususnya daerah yang di bagian bawahnya terdapat Sungai Purba. Silakan saja diteliti. Kalau kami salah, kami siap dihukum, kata Alambai.

Ia menjelaskan, daerah yang ambles merupakan wilayah yang rawan longsor, khususnya di Pasirhonje Kilometer 92, yang juga longsor bulan Mei lalu. Oleh karena itu, pada wilayah rawan longsor diletakkan sejumlah alat pengukur pergerakan tanah dan pergerakan air.

Dua daerah longsor

Untuk saat ini di sepanjang Jalan Tol Purbaleunyi ada satu daerah yang ambles, yaitu di Kilometer 91,600, sedangkan dua daerah dinyatakan longsor karena erosi di Kilometer 70,600 dan 91,800. Keseluruhan daerah yang ambles dan longsor itu berada di ruas jalan menuju arah Bandung. Kawasan yang longsor itu disebabkan pecahnya saluran air sehingga menghantam timbunan jalan dan menyebabkan tanah tergerus air.

Ditanya mengenai keterlibatan pihak Direktorat Geologi, Kepala Cabang PT Jasa Marga Tol Purbaleunyi Hendro Atmodjo mengatakan, pihaknya tidak secara langsung bekerja sama. Bantuan yang didapat hanya sebatas disiplin keilmuan geologi, bukan data geologis.

Hendro menambahkan, setidaknya ada 16 titik di sepanjang jalan tol dari Purwakarta hingga Cileunyi yang dianggap rawan telah dipasang 24 alat semikomputer pengukur pergerakan tanah (inklinometer) dan titik permukaan air tanah (piezometer).

Dari titik yang rawan itu, tujuh titik di antaranya terdapat di Km 87 (Jatiluhur), Km 91,600 (Batudatar), Km 92,500 (Pasirhonje), Km 96 (Cijurai), Km 104 (Cigentur), Km 113 (Cilame), dan Km 114 (Citarentong).

Menurut Djadjang Sukarna, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, secara geologis struktur tanah di wilayah tersebut memang labil. Terutama di lempeng Subang dan Jatiluhur yang susunan tanahnya didominasi batu lempung. Jenis batuan bersifat kedap air sehingga air sulit merembes dan menyebabkan tanah mudah longsor.

Kepala Proyek PT Adhi Karya Ahmad Rizali mengatakan, pengaspalan yang masih dilakukan bukan karena turunnya jalan setinggi tiga meter, melainkan untuk leveling.

Selama Jalan Tol Purbaleunyi tidak berfungsi, selama 36 jam, PT Jasa Marga merugi sekitar Rp 600 juta. Penurunan volume kendaraan selama dua hari turun lima persen, dari 24.000 kendaraan menjadi 23.000. Ini dikarenakan masyarakat menganggap tol masih ditutup, ujar Hendro Atmodjo. (d09)

sumber: