Coal Meeting Indonesia-Jepang

Pada tanggal 16 Februari 2004 bertempat di Gedung Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, telah dilangsungkan pertemuan antara delegasi dari Ministry, Economy, Trade and Industry (METI) Jepang dengan delegasi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Delegasi Jepang dipimpin oleh Dr. Shigeki Sakurai, Director of Coal Development METI sedangkan Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mahyudin Lubis , Direktur  Pengusahaan Mineral dan Batubara. Delegasi METI terdiri dari 27 orang yang berasal dari NEDO, JCOAL, IEEJ, JAPAC, dll. Sedangkan dari Indonesia selain dari DJGSM juga hadir dari Badiklat (P2TMB) dan Balitbang (Tekmira) serta PT Tambang batubara Bukit Asam (PTBA).

Dalam pertemuan tersebut dibahas berbagai hal terutama mengenai kerjasama  bidang batubara antara Indonesia-Jepang yang sedang berlangsung saat ini serta berbagai rencana kerjasama baru. Aspek kerjasama yang sedang berjalan  yang meliputi aspek keteknikan tambang, pelatihan, peningkatan batubara mutu rendah (UBC project), dll.

Makna Kerjasama

Dalam kesempatan tersebut Mahyudin Lubis menyampaikan antara lain empat pokok kebijakan batubara nasional yang telah ditandatangani oleh Menteri Energi dan Sumber daya Mineral pada tanggal 29 Januari 2004 yang meliputi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Batubara, Kebijakan Pengusahaan, Kebijakan Pemanfaatan, dan Kebijakan Pengembangan. Juga disampaikan bahwa dalam konteks keenergian di Indonesia peran batubara semakin penting dan strategis terutama karena dari sisi cadangan jumlahnya lebih besar dari minyak dan gas bumi Indonesia saat ini. Sumberdaya batubara Indonesia besarnya 50,5 miliar ton sedangkan cadangan yang bisa ditambang (mineable) mencapai 7 miliar ton.

 Saat ini dari sisi produksi dan ekspor serta kebutuhan domestik batubara, terus meningkat sangat pesat. Tahun 1980 produksi Indonesia masih kurang dari 0.5 juta ton dan tahun 2002 telah mencapai 103,5 juta ton dan tahun 2003 mencapai sekitar 112 juta ton. Angka 112 ini masih lebih rendah dari yang direncanakan karena antara lain masalah perburuhan selama tahun 2003 serta masalah-masalah lain yang mengganggu terhadap kegiatan produksi. Tahun 2004 produksi batubara Indonesia diperkirakan akan meningkat sekitar 125-129 juta ton. Jepang adalah negara pengimpor terbesar batubara Indonesia saat ini, sehingga pertemuan ini bermakna penting dan strategis.

Kedua delegasi, sebagaimana disampaikan oleh ketua delegasi masing-masing,  juga sepakat akan pentingnya menjaga security of supply energi batubara, karena itu penelitian mengenai keberadaan sumberdaya dan cadangan batubara yang mencakup juga mengenai databank- nya sangat penting dan strategis.

Dari sisi investasi batubara, Jepang juga menaruh perhatian yang cukup besar dan mempertanyakan berbagai hal yang terkait dengan hal tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, Dr. Sakurai juga meminta agar dari pihak Indonesia bisa mengatur untuk melakukan semacam Road Show ke Jepang  untuk menjelaskan mengenai iklim investasi kepada stakeholder batubara di Jepang sedangkan kerjasama yang akan dilakukan antara Indonesia-Jepang seyogyanya yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak (ep).

 

 

sumber: