China sanggup danai proyek infrastruktur RI

SANTIAGO, Cile (Bisnis): China akan berperan aktif dalam pembangunan infrastruktur Indonesia selama lima tahun ke depan senilai US$72 miliar.

Kedua hal itu terungkap dalam pertemuan bilateral antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden China Hu Jintao serta Presiden Cile Ricardo Lagos Escobar, di Santiago, Cile, Jumat pekan lalu.

Menurut Ketua Umum Kadin Indonesia Moh. S. Hidayat, yang ikut mendampingi Presiden Yudhoyono saat bertemu Hu Jintao, China menyatakan bersedia ikut membantu pembangunan prasarana di Indonesia.

"Presiden menjelaskan rencana pembangunan infrastruktur lima tahun ke depan yang diperkirakan menelan biaya US$72 miliar. China akan mengirimkan pejabatnya dalam Infrastructure Summit yang digelar awal tahun depan guna memastikan dana yang bisa diberikan," ujarnya seperti dilaporkan wartawan Bisnis, Y. Bayu Widagdo, dari Santiago kemarin.

Selain kepada China, Kepala Negara menjelaskan rencana pembangunan infrastruktur kepada Presiden Amerika Serikat George W. Bush dan PM Jepang Junichiro Koizumi.

Usai bertemu Presiden Ricardo Lagos, Yudhoyono menyatakan kedua negara akan meningkatkan hubungan ekonomi masing-masing. "Pemerintah Cile memastikan akan membeli gas alam cair dari Indonesia."

Kedua presiden juga sepakat meningkatkan hubungan dagang di antara kedua negara.

Berdasarkan Statistik Bank Sentral Cile, pada 2003 ekspor Indonesia ke negara itu mencapai US$78 juta sementara impor US$77 juta. Selama delapan bulan pertama tahun ini, ekspor Indonesia hanya US$87,5 juta, namun impor dari Cile meningkat menjadi US$108,30 juta.

Dalam kesempatan itu, Yudhoyono juga mengadakan pertemuan dengan PM Australia John Howard, Presiden Vietnam Tran Duc Luong, dan PM Selandia Baru Helen Clark.

Selanjutnya, pada Sabtu, pertemuan bilateral diselenggarakan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Bush, PM Kanada Paul Martin, dan PM Koizumi. Para pemimpin umumnya membicarakan hubungan ekonomi bilateral.

Keamanan vs ekonomi

Saat berbicara pada APEC CEO Summit, Presiden Yudhoyono menegaskan akan mengambil semua langkah yang mungkin untuk mengeluarkan Indonesia dari krisis ekonomi. "Salah satu tugas utama saya adalah membangun iklim yang menarik bagi investor agar masuk ke Indonesia."

Dalam pidato bertajuk The Challenge of Security for the World Economy, Kepala Negara menegaskan betapa pentingnya keseimbangan antara pertimbangan keamanan dan perdagangan dunia.

Presiden Yudhoyono juga menegaskan terorisme tidak dapat menekan pemerintah maupun kebijakan yang akan diambil. Karena itu, lanjutnya, setiap negara harus cepat bangkit untuk tetap dapat meneruskan kebijakan politik dan ekonomi yang telah ditetapkan.

Kepala Negara juga meminta kalangan bisnis agar ikut berperan membuat saling pengertian global. "Sangat penting untuk diperhatikan proses globalisasi tidak meninggalkan kalangan miskin maupun kaum minoritas."

Pidato Yudhoyono di depan kalangan bisnis itu sejalan dengan isu dalam pertemuan puncak pemimpin APEC, yang diselenggarakan Sabtu hingga Minggu siang. Hasil pertemuan itu dibacakan pada pukul 15.00 waktu Santiago (Senin dinihari WIB).

Dalam pertemuan pertama yang berlangsung di Espacio Riesco Convention Centre, Kanada mempresentasikan komitmen APEC terhadap keamanan, begitu pula Korsel.

Pada pertemuan hari kedua yang berlangsung di Palacio de La Moneda, pemimpin APEC berbicara mengenai masalah ekonomi. Singapura, misalnya, mengangkat seputar isu WTO, free trade arrangement (FTA), dan proposal APEC Business Advisory Council, khususnya perdagangan bebas Asia Pasifik. Sedangkan AS berbicara soal pemberantasan korupsi dan harga minyak.

Hingga Sabtu siang, sejumlah aksi unjuk rasa anti-APEC dan menentang kehadiran Presiden Bush masih mewarnai kota Santiago. Bahkan tiga orang terkena tembakan pada aksi yang terjadi di pinggiran kota sementara sedikitnya 180 orang ditahan.

sumber: