Cadangan Batu Bara Cukup untuk 100 Tahun

 

Suara Pembaruan - KUPANG - Cadangan batu bara di Indonesia diperkirakan masih dapat dieksploitasi lebih dari 100 tahun ke depan. Itulah sebabnya, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan bahan bakar batu bara dijadikan prioritas utama untuk menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang umumnya sudah berusia tua dan membutuhkan biaya operasional yang cukup besar.

Demikian Direktur Jenderal (Dirjen) Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Ir Yoga Pratomo MSc kepada Pembaruan di Kupang, seusai menyampaikan makalahnya dalam Seminar dan Sosialisasi "Pembangunan PLTU 2x15 MW dan Transmisi 20 KV Area Kupang", Selasa (7/9).

Dikatakan, Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat kaya akan potensi energi matahari (surya) dan angin. Sehingga ke depan, akan diprioritaskan pembangunan energi terbaru yang menggunakan angin maupun energi surya. Sebab, penggunaan mesin diesel terbentur harga BBM yang terus naik. Sementara penggunaan energi batu bara, meskipun terbilang murah, masih harus didatangkan dari Kalimantan.

Dijelaskan, hingga kini kebutuhan energi listrik di Indonesia masih cukup besar. Di mana, rasio elektrifikasi hingga 2003 lalu mencapai 54,8 persen dan rasio elektrifikasi pedesaan mencapai 78,54 persen dengan konsumsi tenaga listrik 420 kilowatt hour (KWH) per kapita. Itulah sebabnya, pemerintah berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, jumlah desa terlistriki, dan konsumsi listrik per kapita.

Menurut Yoga, realisasi upaya pemerintah tersebut dilaksanakan melalui proyek tenaga listrik untuk wilayah dengan beban daya listrik yang besar seperti Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi. Yakni difokuskan pada pembangunan pembangkit berskala besar namun hemat BBM. Sebab tingkat pertumbuhan tenaga listriknya mencapai tujuh persen per tahun.

Pola berikutnya adalah proyek tenaga listrik skala kecil untuk pedesaan dan daerah terpencil dengan menggunakan energi terbaru dan sumber energi lokal. Misalnya, pemanfaatan energi panas bumi di Ulumbu dan Mataloko, Pulau Flores.

sumber: