Bumi jajaki listing di NYSE

 

Bisnis, 24 Januari 2005

 

JAKARTA (Bisnis): PT Bumi Resources Tbk akan mengikuti langkah PT Telkom Tbk dan PT Indosat Tbk yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek New York (New York Stock Exchange/NYSE).

Kepala Hubungan Investor Bumi Resources Martinus Peter Tabalujan mengatakan dualisting saham bertujuan mendorong perseroan lebih transparan dan menciptakan perdagangan saham yang lebih likuid.

"Kami telah mengetahui syarat-syarat untuk listing di New York. Kini kami telah menyiapkan seluruh persyaratan pencatatan saham itu. Perseroan memperkirakan rencana itu dapat direalisasikan pada awal triwulan II tahun ini," ujarnya kepada Bisnis akhir pekan lalu.

Secara terpisah Presiden Bumi Resources Ari S. Hudaya mengatakan perseroan masih mengkaji rencana listing di bursa efek luar negeri termasuk Bursa Efek New York, Kanada, dan London. "Kami berharap kajian soal listing saham itu rampung akhir bulan ini."

Alfiansyah, analis saham dari PT Sinarmas Sekuritas, menambahkan informasi adanya rencana Bumi untuk mencatatkan sahamnya di bursa efek luar negeri telah beredar di kalangan investor.

Jika manajemen Bumi dapat merealisasikan rencana itu, jelasnya, hal itu akan berdampak positif bagi perseroan. "Investor asing yang memperdagangkan saham Bumi bakal bertambah."

Berdasarkan riset yang dikeluarkan PT Trimegah Securities Tbk tahun ini disebutkan Bumi masih memiliki fundamental yang kuat dan prospek cerah tetapi hal itu belum terefleksi pada harga saham Bumi.

Harga diskon

Kini harga saham Bumi masih diperdagangkan dengan diskon sekitar 25,1% dari target harga dalam 12 bulan mencapai Rp1.200 per saham dengan rasio nilai perusahaan terhadap EBITDA tahun 2005 sebesar 5,8 kali.

Riset itu menyebutkan pendapatan Bumi tahun 2004 diperkirakan mencapai Rp9,96 triliun, laba kotor mencapai Rp3,21 triliun, laba usaha Rp2,24 triliun, EBITDA sebesar Rp2,78 triliun, dan laba bersih Rp1,27 triliun.

Hingga triwulan III/2004, Bumi membukukan penjualan US$797 juta atau setara Rp7,7 triliun, naik ketimbang posisi yang sama Rp1,99 triliun tahun lalu.

Sementara perseroan menargetkan penyelesaian negosiasi penilaian PT Kaltim Prima Coal dengan pemerintah sekitar November 2004.

Ari mengatakan peningkatan penjualan perseroan dalam tiga triwulan 2004 itu terjadi akibat terus membaiknya harga batubara dunia dalam beberapa bulan terakhir.

"Untuk triwulan I, II, dan III, terjadi kenaikan harga rata-rata batu bara dari US$27,1 per ton, menjadi US$31,3 per ton, dan US$33,7 per ton pada triwulan III dan volume produksi. Kenaikan harga dan produksi ini berpengaruh kepada penjualan kami," ujarnya.

Menyinggung jauhnya perbedaan penjualan perseroan dalam sembilan bulan pertama 2004 dibanding periode yang sama 2003, jelas Ari, hal itu disebabkan belum dikonsolidasikannya seluruh pendapatan anak perusahaan KPC ke dalam laporan keuangan perusahaan.

Tahun lalu, Bumi memperoleh komitmen pembiayaan kembali utang KPC sebesar US$385 juta. Dengan perolehan pinjaman yang dibantu oleh Credit Suisse First Boston ini perseroan dapat menurunkan tingkat bunga dari 12% menjadi 6% atau (Libor+4%).

Dana refinancing itu diperoleh dari 24 lembaga keuangan global yang terdiri dari 12 bank dan 12 lembaga keuangan non-bank. Lembaga keuangan itu a.l. Natexis Banques Popularies (cabang Singapura), PT Bank Chinatrust Indonesia, BNP Paribas (cabang Singapura), Moscow Narodny Bank Ltd, PT Bank International Indonesia Tbk, Bayeriche Hypo und Vereinsbank AG, Raiffeisen Zentral Bank Osterrech AG, RZB Austria, The Bank of Tokyo-Mitsubishi Ltd (Singapura) dan CSFB.

Sebelumnya PT Tri Polyta Indonesia Tbk sempat mencatatkan sahamnya di NYSE namun dihapus (delisting) pada pertengahan 2000. Perseroan tidak dapat memenuhi beberapa kriteria pencatatan saham di NYSE yang berlaku sejak 1 Januari 2000. Kriteria saat itu menetapkan kapitalisasi saham mencapai US$50 juta dan nilai ekuitas juga harus US$50 juta.

sumber: