BUMI Biayai Kembali Utang Dollar AS

BUMI Biayai Kembali Utang Dollar AS

 

Kompas, 27 Juni 2005

 

Jakarta, Kompas - PT BUMI Resources Tbk menerbitkan surat utang (Structured Export Notes) senilai 600 juta dollar AS berjangka tujuh tahun. Seluruh dana hasil penerbitan surat utang tersebut akan digunakan untuk membiayai kembali utang dua anak perusahaan, Kaltim Prima Coal dan Arutmin.

Surat utang berjangka tujuh tahun ini menawarkan imbal hasil 7,134 persen. Dengan pembiayaan kembali utang itu, perusahaan bisa menghemat beban bunga sekitar 6-7 persen per tahun.

Bertindak sebagai penasihat keuangan Merrill Lynch & Co dan PT Danatama Makmur. Surat utang ini memperoleh peringkat BBB minus dari Fitch.

Alokasi pembiayaan kembali dari hasil penerbitan surat utang ini untuk Arutmin 23 persen dari seluruh penerbitan obligasi dan Kaltim Prima Coal 52 persen dari seluruh penerbitan obligasi. Sisanya, digunakan untuk membiayai kembali sebagian utang BUMI Resources dan biaya transaksi. Jika pembiayaan kembali ini selesai, surat utang ini akan menjadi satu-satunya utang dari kedua anak perusahaan tersebut.

Presiden Direktur BUMI Resources, Ari S Hudaya, Jumat (24/6), mengatakan, penerbitan surat utang ini merupakan kelanjutan dari strategi keuangan BUMI, yaitu rencana besar restrukturisasi utang di kedua anak perusahaan. �Restrukturisasi utang ini tidak hanya akan meringankan beban usaha, tetapi juga memberikan keleluasaan rencana produksi dan jaminan untuk penerimaan ekspor masa depan,� katanya.

Managing Director dari Merrill Lynch New York, Michael Lucente, mengatakan bahwa industri batu bara dunia kini sedang mengalami peningkatan dan menarik perhatian para investor internasional dan pemain utama dalam negeri.

Oleh karena itu, tidak terlalu mengherankan kalau dalam penjajakan pasar yang telah dilakukan sejak beberapa bulan lalu, sejumlah investor besar (blue chips) tertarik untuk bertransaksi.

Beberapa investor yang terlibat di antaranya adalah dari Multi Nasional Bank (OCBC dan Mitsuho-Singapura), Private Bank (ING Bank), Asuransi, Dana Pensiun (Shell-Belanda), dan yang terbanyak adalah manajer investasi, antara lain Aberdeen dan GIC (Government of Singapore Investment Corporation) dari Singapura dan BlueBay, GLG Partner, London.

Dalam 12 bulan terakhir BUMI secara konsolidasi telah merestrukturisasi beberapa pinjaman jangka panjang sehingga menjadi lebih fleksibel dalam bunga dan jangka waktu.

Menurut Direktur Keuangan BUMI Resources, Eddie J Soebari, pembiayaan kembali utang ini akan membuat laba perusahaan. �Paling tidak, peningkatan laba akan dapat kami peroleh dari penghematan pengeluaran untuk pembayaran suku bunga utang,� katanya.

Selain itu, peningkatan laba BUMI Resources juga didorong oleh tingginya permintaan batu bara di pasar dunia, seiring dengan kebutuhan China yang terus meningkat sehingga harga batu bara juga terus menanjak.

sumber: