Bukittinggi Bangun Museum Geologi Bawah Tanah Terbesar ke 4 di Dunia

NUSANTARA
Senin, 09 Mei 2005 06:58 WIB

BUKITTINGGI--MIOL: Pemko Bukittinggi bekerjasama dengan ITB Bandung membangun Museum Geologi bawah tanah terbesar di Indonesia dan ke empat di dunia yang berlokasi di dalam lobang Jepang (45 meter di bawah permukaan tanah) pada kawasan wisata Panorama Ngarai Sianok Bukittinggi, Sumbar.

"Di museum itu akan disimpan barang-barang geologi bukti sejarah peradapan dunia yang berusia ratusan tahun dan dikumpulkan dari seluruh Indonesia, Eropa dan Amerika," ujar Plt Walikota Bukittinggi, O.S Yerly Asir di Bukittinggi, Minggu.

Menurut dia, barang-barang geologi berupa fosil-fosil binatang dan manusia dahulu kala, seperti gading gajah berusia 500 tahun, batu-batuan dan ornamen bersejarah, benda-benda bersejarah dan dokumen geologi tempo dulu.

Barang-barang itu didatangkan selain dari seluruh Indonesia, juga dari Amerika Serikat, Prancis, Belanda dan Jerman. "Menurut rencana hari ini (Minggu, 8/5 -red) akan datang kiriman barang geologi bersejarah dari Amerika," tambahnya.

Ia mengatakan, barang-barang yang telah terkumpul untuk sementara disimpan di Balaikota Bukittinggi dan akan dipindahkan setelah museum geologi itu selesai.

Namun Yerli, tidak menjelaskan kapan museum itu rampung dan berapa biaya pembangunannya. "Pembuatan museum itu merupakan rangkaian dari proyek revitalisasi lobang Jepang yang telah selesai tahap pertamanya November 2004," ujarnya.

Museum itu nantinya akan dilengkapi, mini teater untuk memutar film dokumen geologi dunia dan Indonesia, tempat ibadah dan cafe, tambahnya.

Jika selesai museum ini bisa menjadi tempat penelitian dan sumber naskah bagi mahasiswa jurusan geologi dari seluruh universitas di Indonesia dan dunia, kata Yerli Asir.

Akan tetapi, pembuatan museum itu kurang ditanggapi positif para pelaku dunia wisata di Bukittinggi. "Mustahil museum itu dibuat di lobang Jepang, karena dibutuhkan penggalian baru yang dalam tanah yang riskan dilakukan," kata pemandu wisata lobang Jepang, Edwar.

Selain itu, proyek awal berupa revitalisasi lobang Jepang justru telah menyebabkan hilangnya nilai historis objek wisata bersejarah andalan Bukittinggi ini, tambahnya

sumber: