Briket Batu Bara Mahal
Briket Batu Bara Mahal
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam (PT BA) Milawarman, Sabtu (28/5), menyebutkan, harga briket batu bara yang mencapai Rp 1.500 per kilogram di tingkat eceran mengakibatkan bahan bakar alternatif itu tidak dapat berkompetisi dengan minyak tanah bersubsidi. Di tingkat agen, harga minyak tanah dijual dengan harga Rp 900 per liter, sedangkan di pedagang eceran sekitar Rp 1.200 per liter.
"Akibatnya, briket batu bara belum dapat diterima masyarakat untuk berbagai keperluan karena selisih harganya cukup besar," ucap Milawarman.
Sementara menurut Nono Suratno, Kepala Dinas Pertambangan dan Pengembangan Energi Sumatera Selatan, briket juga tak mudah didapatkan masyarakat karena terbatasnya jumlah distributor dan penjual.
"Struktur pemasaran yang masih terpusat pada satu penjual dalam sebuah kawasan yang luas menjadikan briket batu bara tidak diminati masyarakat yang menginginkan kemudahan untuk mendapat sumber energi," katanya.
Milawarman mengatakan, kondisi itu menyebabkan PT BA belum berencana untuk meningkatkan produksi briket super di Tanjung Enim, Sumsel, dalam jumlah besar. Peningkatan secara optimal baru akan dilakukan setelah harga minyak naik sampai pada harga pasar yang sesungguhnya.
Berdasarkan data PT BA, produksi briket batu bara di Tanjung Enim baru mencapai sekitar 10.000-12.000 ton per tahun. Jumlah itu dianggap kecil jika dibandingkan dengan cadangan batu bara Sumsel sekitar 21,79 miliar ton.
Terbatas
Kesulitan pemasaran juga diakui penyalur briket batu bara di kawasan Seberang Ulu,
Adapun penggunaan untuk keperluan rumah tangga masih terbatas. Hal itu menyebabkan penjualan briket pada tingkat distributor hanya mencapai 7,5 ton per bulan.
"Penggunaan briket yang masih terbatas di rumah tangga karena tidak praktis saat menghidupkannya," kata Nahrowi.
Nono menyebutkan, pemerintah dan PT BA akan berusaha memperbaiki struktur pemasaran agar briket lebih mudah didapat masyarakat. Selain itu, belajar dari pengalaman di Jawa, briket akan lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan usaha kecil dan menengah, rumah makan, peternakan ayam, dan industri pengolahan.
Penggunaan briket batu bara akan terus disosialisasikan agar ketergantungan pada minyak tanah dapat diturunkan. Cadangan minyak bumi
Menyewakan Tungku agar Briket Dikenal
AHMAD Nahrowi, Jumat (27/5) siang itu, sibuk mempersiapkan tungku-tungku besi setinggi 80 sentimeter dan beberapa karung berisi briket batu bara. Tungku-tungku itu nantinya akan dimasukkan ke dalam mobil pick up dan diangkut ke rumah salah satu keluarga di kawasan Plaju,
"Semua pengiriman tungku dan briket ini gratis. Saya menggratiskan biaya pengiriman agar pembeli lebih tertarik untuk memanfaatkan briket untuk memasak," kata Nahrowi, yang telah menjadi penyalur briket sejak tahun 1997.
Tungku-tungku besar itu disewakan sebesar Rp 15.000 per unit. Dari setiap penyewaan satu tungku, Nahrowi menyertakan sekitar 3-5 karung briket, yang beratnya 20 kilogram per karung.
Menurut Nahrowi, selain membayar uang sewa tungku, para penyewa juga hanya membayar briket yang mereka gunakan, dengan harga Rp 1.500 per kilogram. Jika penyewa tungku menggunakan 100 kilogram briket, mereka hanya perlu membayar Rp 150.000, meskipun Nahrowi mengirimkan 200 kilogram briket. Sisanya kembali kepada Nahrowi, tentunya.
Sebelum menyewakan tungku dan menjual briket, Nahrowi biasanya mengajarkan cara menggunakan tungku dan menyalakan briket kepada para konsumennya. Briket harus direndam atau dicelupkan ke dalam minyak tanah sebelum disusun di atas tungku.
Setelah tersusun, briket harus dinyalakan dari bagian bawah tungku. Briket yang sudah menyala tidak perlu dikipasi untuk menjaga nyala bara api karena tungku itu memiliki lubang di bagian bawah yang memungkinkan masuknya udara.
"Saya selalu mengajarkan cara pemakaian briket kepada para penyewa agar mereka mudah memakainya.
Meskipun sudah menjadi penyalur sejak delapan tahun lalu, Nahrowi tetap mengutamakan pengenalan pemakaian briket kepada masyarakat, lebih dari sekadar menjual dan mencari untung. Baginya, jika masyarakat sudah mengenal keuntungan dari pemakaian briket, penjualan akan meningkat dengan sendirinya.
"Cara pemakaian briket memang tidak praktis karena hanya dapat dimatikan dengan merendamnya di abu. Namun, jika para ibu sudah siap untuk memasak dengan cara yang berkelan- jutan, briket akan terasa lebih murah dan mudah digunakan," katanya.
"
Menurut Nahrowi, penggunaan briket dalam keluarga perlu didampingi dengan kompor minyak atau gas. Untuk keperluan memasak yang singkat, mereka dapat menggunakan kompor minyak. Adapun untuk memasak makanan bagi kepentingan satu keluarga dalam satu hari, kompor briket akan lebih menguntungkan.
"Saya akan terus memperkenalkan briket kepada masyarakat. Saya yakin, briket akan menjadi sangat laku jika harga minyak tanah sudah dijual dengan harga pasar," kata Nahrowi
sumber: