Biaya untuk Memulai Berinvestasi di Indonesia Tertinggi di ASEAN
"Fakta bahwa biaya untuk memulai investasi di
Sebagai perbandingan, biaya untuk memulai investasi di Malaysia sebesar 965,78 dollar AS dengan waktu untuk memulai berinvestasi selama 30 hari dan jumlah prosedur investasi sebanyak sembilan prosedur. Di Thailand, biaya berinvestasi sebesar 159,63 dollar AS dengan jangka waktu 33 hari dan jumlah prosedur sebanyak delapan jenis.
Hasil survei Japan External Trade Organization (Jetro) per Maret 2004, terlihat komponen- komponen biaya investasi di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di dunia. Misalnya, upah minimum di Indonesia mencapai 74,21 dollar AS per bulan. Upah di Shanghai sebesar 68,87 dollar AS per bulan, dan Ho Chi Minh (
Selain itu, pajak perusahaan di
Menurut catatan Kompas, hasil survei itu juga digunakan oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melalui Komite Pemulihan Ekonomi Nasional (KPEN) sebagai bahan untuk membuat rencana kebijakan (road map) industri.
Menurut Bustanul, pemerintah perlu membuat prioritas kebijakan untuk menarik investasi dan meningkatkan kapasitas industri. Misalnya, utilisasi industri berbasis sumber daya alam, reformasi perpajakan, peningkatan kepastian hukum, dan perbaikan infrastruktur.
Secara terpisah, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini MS Soewandi mengatakan, pemberian insentif dari pemerintah diperlukan untuk meningkatkan kinerja industri dan investasi. Ia mencontohkan masalah pajak pertambahan nilai (PPN) untuk komoditas kakao yang dijual di dalam negeri.
Dengan pengenaan PPN tersebut, maka komoditas kakao lebih banyak diekspor dalam bentuk primer. Akibatnya, industri pengolahan kakao menjadi tidak berkembang.
Peringkat
Dari suatu survei, lanjut Bustanul, dilihat dari peringkat negara-negara yang menjanjikan dalam kegiatan usaha, dari 10 negara, peringkat Indonesia pada tahun 2003 turun dan berada di bawah Vietnam dan India. Tahun 2002 peringkat
Urutan 10 negara dalam peringkat negara-negara yang menjanjikan untuk kegiatan usaha tahun 2003 terdiri dari China, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, India, Indonesia, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan Rusia.
Bustanul menambahkan, dari hasil survei yang dilakukan Jetro, praktik dan masalah perpajakan di
Menunggu
Kampanye para calon presiden (capres) juga membuat investor belum mengambil keputusan berinvestasi di
"Ini membuat investor, khususnya dari Jepang, hanya wait and see. Semuanya bicara hal benar, tetapi bukan bagaimana hal benar itu dicapainya. Hal ini yang membuat investor Jepang tidak mengambil sikap apa pun, mereka hanya wait and see. Mereka mungkin baru ambil keputusan tahun 2006 atau 2007," kata pengamat ekonomi dari Universitas