Bermimpi Membangun di Atas Potensi Gunung Emas

 Kompas, DINAS Pertambangan dan Energi Provinsi Papua memastikan bahwa di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang terdapat kandungan emas, tembaga, dan perak. Kabupaten ini merupakan bagian dari punggung Pegunungan Jayawijaya sebagai hasil pergeseran lempeng Australia dengan lempeng Pasifik.

Menurut Ir NA Maidepa, M App Sc, mantan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Papua di Jayapura, Senin (10/5), Papua Niugini terbentuk sejak jutaan tahun lalu, sebagai hasil benturan lempeng Benua Australia yang bergerak ke utara dengan kerak lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat.

Terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang ke dalam batuan sedimen di atasnya, yang kemudian membentuk mineralisasi logam yang berasosiasi perak dengan emas. Konsentrasi mineral-mineral logam diperkirakan terjadi pada lajur Pegunungan Tengah Papua atau disebut Pegunungan Jayawijaya.

Punggung pegunungan ini terbentang mulai dari wilayah Papua Niugini masuk wilayah Republik Indonesia, yakni Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Puncak Jaya, Paniai, Sarmi, dan sebagian wilayah Jayapura. Pegunungan Bintang diyakini memiliki kandungan emas, tembaga, nikel, dan batu bara terbesar selain di Tembagapura.

Posisi tektonik Papua berada di Lingkar Pasifik, berupa cincin gunung api yang memberikan potensi endapan mineral yang besar. Sepanjang jalur dari Amerika Selatan, Filipina, Papua Niugini, sampai Selandia Baru telah ditemukan banyak endapan emas kelas dunia. Posisi ini sangat menguntungkan Provinsi Papua, terutama jalur punggung Pulau Niugini.

Menurut Maidepa, di Distrik Borme, Okbibab, dan Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, ada indikasi kandungan emas sangat kuat berupa anomali geokimika. Penyebaran potensi emas, tembaga, dan nikel tersebut merata di seluruh wilayah pemerintahan Pegunungan Bintang.

"Tetapi, mengelola sumber daya mineral di Pegunungan Bintang seperti kita bermimpi membangun di atas gunung emas. Sangat sulit dan sampai kapan pun sulit terealisasi. Di wilayah Tembagapura, Kabupaten Mimika, yang terletak di pinggir pantai dan mudah dijangkau, PT Freeport Indonesia (FI) telah menanam investasi sampai ratusan triliun rupiah. Apalagi untuk mengelola tambang seperti itu di Pegunungan Bintang yang sangat sulit dijangkau," kata Maidepa.

Memasuki wilayah Pegunungan Bintang, hingga kini masih harus menggunakan pesawat terbang yang biasanya dilakukan dari Jayapura. Pesawat yang rutin pergi pulang Jayapura-Pegunungan Bintang (Oksibil) adalah pesawat misionaris katolik, AMA. Hingga sekarang belum ada jalan darat yang menghubungkan Pegunungan Bintang dengan Jayawijaya atau Jayapura.

Sumber daya alam (SDA) lain di daerah ini hingga sekarang belum teridentifikasi. Kehadiran para peneliti ke wilayah ini membutuhkan dana yang sangat besar.

PEGUNUNGAN Bintang termasuk salah satu daerah yang paling terbelakang di Provinsi Papua. Hingga saat ini belum ada hasil sumber daya alam yang digarap. Masyarakat sehari-hari masih bergantung pada umbi-umbian dan ternak babi yang menjadi bagian hidup turun temurun.

Bupati Pegunungan Bintang Welington Wenda mengatakan, sampai hari ini belum ada kantor pemerintahan yang tertata baik di Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang. Listrik, telepon, dan air bersih belum dibangun di daerah ini.

Pedagang di daerah itu hanya ada tujuh orang yang menyediakan barang kebutuhan pokok dengan jumlah yang masih sangat terbatas sehingga sejumlah kebutuhan hidup penduduk di daerah itu sangat sulit ditemukan. Harga kebutuhan pokok meningkat sampai 200 persen dibandingkan dengan harga di Jayapura. Harga beras, misalnya, Rp 3.000 di Jayapura menjadi Rp 15.000 per kg di Oksibil dan gula pasir Rp 4.500 per kg menjadi Rp 20.000.

Kondisi kesehatan di daerah ini pun masih memprihatinkan. Penyakit malaria, TB paru, penyakit kulit, dan infeksi saluran pernapasan masih merajalela. Muntah berak pun masih sering meresahkan masyarakat. Akhir tahun 2003 dan awal 2004, misalnya, terdapat 28 orang tewas akibat muntah berak. Mereka yang menjadi korban itu diduga mengonsumsi air minum yang tidak dimasak

sumber: