BBJ Garap Kontrak Batu Bara, BES Luncurkan Dow Jones
Jakarta, Kompas - Bursa Berjangka Jakarta dan Bursa Efek Surabaya terus berupaya menambah jenis produk yang bisa ditransaksikan investor. BBJ tengah mengkaji untuk meluncurkan kontrak batu bara, sementara BES pada hari Selasa (27/4) akan mulai memperdagangkan kontrak indeks Dow Jones Industrial Average dan Dow Jones Japan Titans 100.
"Kontrak batu bara masih dalam tahap penjajakan awal. Kami sudah bertemu dengan ketua asosiasinya, lalu bagian riset BBJ sedang coba mengumpulkan data. Nanti komunikasinya diperluas kepada konsumen, juga ke pedagang," kata Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Hasan Zein Mahmud di Jakarta, akhir pekan lalu.
Hasan mengatakan, BBJ benar-benar ingin mempelajari kontrak-kontrak baru dan akan sangat selektif. "Pelan-pelan sajalah. Tahun ekspansi kan sudah kami canangkan tahun lalu. Tahun ini kami berteriak tahun likuiditas. Jadi kalau ada kontrak baru, betul-betul kami selektif, terutama soal likuiditasnya ada," katanya.
Bagaimana bentuk kontrak batu bara ini, Hasan mengatakan, dari kajian awal yang ditemukan terdapat banyak sekali jenis dan kualitas batu bara. Karena itu, menurut dia, akan lebih mudah jika BBJ meluncurkan indeks batu bara. Namun, dia juga mengakui baru mempelajari indeks batu bara tersebut.
"Ada bobot masing-masing item kualitas, itu yang masih kami pelajari. Karena kalau hanya membidik satu varietas saja akan terlalu sempit. Dari pengalaman, seperti kalau mau berdagang beras. Beras panen varietasnya macam-macam sekali," ujarnya menjelaskan.
Mengenai kontrak lain di BBJ, seperti sawit mentah (crude palm oil) yang ternyata stagnan, Hasan mengatakan tengah dipelajari mengapa demikian. Kontrak yang menonjol belakangan ini di BBJ justru kontrak mata uang, yaitu franc Swiss, poundsterling Inggris, dan yen Jepang karena nilai tukar yen belakangan ini menguat terus.
Persaingan sehat
Ditanya tentang persaingan antara BBJ dan BES yang sama-sama memperdagangkan kontrak indeks seperti Dow Jones, Hasan mengatakan hal itu malahan membuka banyak pilihan bagi para investor. Asalkan, tambah dia, semua pihak mengacu pada aturan dan perundangan yang sama sehingga fair untuk semua pihak.
Dia juga mengeluhkan, untuk mengembangkan produk cross currency masih ada kendala perangkat aturan yang belum ada dari Bank Indonesia. Adapun untuk komoditas, kendala yang dihadapi adalah tata niaga. Di satu sisi, pemerintah telah mengeluarkan izin 22 komoditas yang dapat diperdagangkan. Sayangnya, komoditas ini pasarnya masih kecil dan kurang likuid. Sementara komoditas justru memiliki pasar yang ramai terbentur tata niaga yang belum memperbolehkan perdagangan secara bebas seperti komoditas energi. (joe)
sumber: