BATUBARA UNTUK EKSPOR HABIS DIPESAN


 

 

 

JAKARTA (Bisnis): Selasa, 02/03/2004Persediaan batu bara nasional untuk ekspor semester I sudah habis dipesan, menyusul melonjaknya harga bahan bakar tersebut di pasar internasional.

Direktur Masyarakat Batubara Indonesia (MBI), Singgih Widodo, mengungkapkan tingginya permintaan ekspor batu bara dari Indonesia disebabkan antara lain Cina membatalkan memorandum of understanding (MoU) penjualan komoditas itu dengan Korsel.

"Padahal, Korsel termasuk salah satu negara pembeli batu bara terbesar di Asia. Filipina juga mencari batu bara di luar Cina. Mereka mencari batu bara dari negara lain, termasuk Indonesia. Jadi kita kebanjiran permintaan. Pasok ekspor batu bara kita untuk pertengahan tahun ini sudah habis terpesan," ujarnya kepada Bisnis di Jakarta kemarin.

Pembatalan kontrak ekspor batu bara oleh Cina, menurut dia, dilakukan karena negara itu sedang memroses pengurangan tonid batu bara. Di samping itu, katanya, Cina juga mengonsentrasikan penggunaan kapal untuk impor bijih besi (iron ore).

Sampai pekan lalu, lanjut Singgih, sulit mencari kapal untuk mengangkut batu bara ke negara pemesan. "Jadi, akibat pembatalan kontrak ekspor batu bara oleh Cina dan sulitnya mencari kapal, telah mendorong kenaikan harga komoditas itu."

Harga batu bara di pasar internasional pada posisi 12 Februari mencapai US$43,35 per ton atau tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Setelah itu, mengalami penurunan menjadi US$43,25 per ton (19 Februari) dan US$43,15 per ton pada posisi 26 Februari lalu.

Harga batu bara terakhir (26 Feb. 2004) sebesar US$43,15 per ton, menurut laporan Barlow Jonker Coal Index, tergolong tinggi dibandingkan tingkat harga yang dicapai sepanjang 2003.

Pada Januari 2003 harga batu bara mencapai US$25,5 per ton. Sepanjang tahun tersebut harga batu bara hanya mengalami penurunan pada April hingga Juni (23,5 per ton). Kemudian melesat dan mencapai puncaknya pada Desember (US$43 per ton).

"Kalau toh kami mendapatkan kapal, maka ongkosnya meningkat pesat dibandingkan tahun lalu," tandas Singgih.

Dia mengakui kenaikan ongkos angkutan laut tadi membuat diversifikasi pasar ekspor batu bara nasional ke kawasan di luar Asean menjadi terhambat. Sebab selain angkutan mahal, lanjutnya, posisi geografis dari lokasi pelabuhan di Indonesia yang terpencar menjadi kendala untuk memperbesar volume ekspor.

Jangan terpancing

Direktur MBI mengingatkan produsen batu bara nasional agar tidak terpancing memanfaatkan tingginya harga batu bara untuk menggandakan penjualan spot secara tidak rasional.

"Sebab kenaikan harga batu bara yang tergolong ekstrim ini, masih mungkin berubah-ubah. Kalau kita melakukan kontrak secara tidak rasional, maka kita bisa kesulitan memenuhi komitmen dengan pembeli," tandasnya.

Ekspor batu bara nasional selama 2000-2002 menunjukkan tren meningkat. Menurut laporan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, pada 2000 ekspor komoditas itu baru 58,19 juta ton. Pada 2001 menjadi 62,63 juta ton dan melonjak pada 2002 menjadi 74,17 juta ton. Data realisasi ekspor batu bara 2003 masih dalam proses audit.

Meski kontrak ekspor untuk semester I sudah habis terpesan, menurut Singgih, pasokan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri-khususnya untuk bahan bakar PLTU/PLTGU-tidak akan kekurangan.

"Pasokan batu bara untuk pembangkit listrik tidak akan kekurangan. Sebab dalam Kontrak Karya, kontraktor diberikan kewajiban untuk mengalokasikannya," tutur Singgih.

 
 

sumber: