Batu Bara Tidak Lagi Membara
Senin, 05 Desember 2005 |
Batu Bara Tidak Lagi Membara Ada semacam kecemasan ketika Kota Sawahlunto memperingati hari jadi ke-117, tanggal 1 Desember lalu. Bagaimana tidak, batu bara yang merupakan mesin pertumbuhan ekonomi kota berpenduduk 56.084 jiwa ini sejak tahun 2002 tak lagi berproduksi. Batu bara, tambang terbuka yang memberikan sumbangan sekitar 50 persen PDRB, dinyatakan habis. Kemiskinan kini menghantui masyarakat yang kini mengais- ngais batu bara tambang terbuka yang ditinggalkan PT Bukit Asam (BA) Unit Pertambangan Ombilin. Ini sebenarnya sebagai barrier pilar, tidak untuk ditambang. Maka, sejak era reformasi, bermunculan ratusan penambangan tanpa izin (peti). Bahkan, ada yang nekat menggunakan alat berat, menggali terowongan yang disebut �lubang tikus�, tanpa memikirkan keselamatan jiwa dan lingkungan. Puluhan nyawa melayang karena tertimbun. Itu risiko yang mereka harus hadapi. Belum lagi ancaman ledakan gas metana, yang dapat meluluhlantakkan Kota Sawahlunto yang bak kuali itu. Soal peti, sejak tujuh tahun terakhir sampai sekarang tidak dapat diatasi meski sudah turun tim pengamanan dari pusat. Padahal, mereka menambang di kuasa penambangan (KP) milik PT BA. Barangkali, maraknya peti ini membuat investor enggan masuk ke Sawahlunto, berinvestasi menggarap batu bara tambang dalam yang depositnya sekitar 100 juta ton. �Deposit batu bara di Ombilin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, relatif besar. Sejumlah investor asing tertarik mengeksplorasi. Cuma, PT BA selaku pemilik KP belum mengeksplorasi pascahabisnya tambang luar tahun 2002 lalu. Pemerintah Kota Sawahlunto memberikan kesempatan tenggat kepada PT BA sampai akhir Desember 2005,� kata Wali Kota Sawahlunto Amran Nur. Artinya, jika sampai akhir Desember 2005 tak ada kepastian PT BA menggarap tambang dalam tersebut, hak kepemilikan KP akan diberikan kepada investor asing. Bahkan, Pemkot Sawahlunto menyebut sudah tiga investor asing yang berminat. Amran Nur mengatakan, Kota Sawahlunto sangat tergantung dari batu bara. Eksploitasi batu bara di kota seluas 27.344,7 hektar itu menjadikan masyarakatnya dapat hidup dan membuat Sawahlunto semakin berkembang. Pertumbuhan ekonomi Sawahlunto selama ini sangat bergantung pada batu bara. �Bahkan, Kota Sawahlunto dengan potensi tambang batu bara dapat dikatakan sebagai pilar pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. Dibangunnya jalur kereta api Sawahlunto-Padang, Pelabuhan Teluk Bayur di Padang, pabrik Semen Padang di Indarung, pembangkit listrik tenaga uap 2 x 100 MW di Sijantang, serta pembangunan lainnya karena adanya tambang batu bara di Ombilin, Sawahlunto,� paparnya. Mulai antisipasi Menurut Amran Nur, sejak tahun 2002 Pemkot Sawahlunto mengantisipasi dengan menggalakkan penanaman cokelat. Tahun 2003 ditanam 100.000 batang cokelat. Tahun 2004 menjadi 350.000 batang dan tahun 2005 diperkirakan ditanam 1 juta batang cokelat. Penanaman karet juga meningkat, dan kini mencapai 75.000 batang. �Jika cokelat nanti berproduksi, hasil yang bisa didapatkan masyarakat bisa melebihi hasil yang diperoleh ketika batu bara masih berproduksi. Bahkan, roda perekonomian Kota Sawahlunto ke depan optimis akan semakin hidup. Masyarakat harus melepaskan diri dari ketergantungan pada batu bara,� lanjut Amran Nur. General Manager PT BA Unit Penambangan Ombilin Muzstav Sjab mengatakan, untuk tambang dalam pihaknya masih berupaya menggaet investor. Sebab, tambang dalam tidak ekonomis karena butuh biaya besar. Apalagi tambang dalam sifatnya masih untung-untungan. �Yang pasti, untuk tambang dalam tak seperti membalikkan telapak tangan. Sulit dan mahal. Untuk sesuatu yang besar kami akan lakukan yang besar juga. Ini gambling, risiko tinggi. Kalau salah perhitungan bisa rugi. Tambang dalam itu jauhnya 1,5 kilometer di bawah permukaan tanah. Perlu teknologi dan peralatan yang andal,� katanya. Muzstav menyebutkan, potensi batu bara tambang dalam diperkirakan 90 juta ton. Itu pun tak semua dapat dieksploitasi, paling 45-50 juta ton. Sampai sekarang, lanjutnya, ada tiga negara yang mengincar batu bara tambang dalam di Ombilin, yakni Australia, Rusia, dan yang akan datang mendengarkan ekspose PT BA tanggal 11 Desember 2005, calon investor dari Polandia. (yurnaldi) |