Batu Bara PLTU Suralaya Hanya untuk Empat Hari

Jakarta, Kompas - Gangguan pasokan batu bara dari Sumatera dan Kalimantan akibat kerusakan rel kereta api dan jalanan menyebabkan cadangan batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya di Cilegon, Banten, saat ini tinggal sekitar 100.000 ton atau hanya cukup untuk pembakaran selama empat hari. Jika cadangan baru bara habis, PT Perusahaan Listrik Negara akan dipaksa menggunakan bahan bakar minyak yang mahal agar pasokan listrik ke Jawa dan Bali tidak terganggu.

Demikian diutarakan Direktur Pembangkitan dan Energi PLN Ali Herman Ibrahim kepada wartawan, Kamis (6/5). Idealnya, cadangan batu bara di PLTU Suralaya harus cukup untuk 20 hari.

Ali mengakui adanya ancaman kekurangan pasokan batu bara ke PLTU Suralaya, tetapi manajemen PLN tetap akan menjamin pasokan listrik untuk wilayah Pulau Jawa-Bali.

Menurut Ali, meskipun pasokan batu bara tetap mengalir ke PLTU Suralaya tetapi kalau jumlah tak sesuai dengan target, maka cadangan akan semakin berkurang dan akhirnya bisa habis. Stok batu bara itu akan habis karena dipakai untuk menutupi kekurangan dari Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Dia juga menambahkan, PLN sudah meminta secara resmi kepada PT Bukit Asam (BA) untuk meningkatkan pasokan batu bara. Sebab, kekurangan pasokan dapat menimbulkan kerugian bagi PLN karena harus mengganti bahan bakar.

PLTU Suralaya memiliki kapasitas daya listrik sebanyak 3.400 megawatt (MW). Kapasitas sebesar itu cukup signifikan untuk menjamin pasokan listrik di Jawa-Bali.

Sesuai data neraca daya sistem Jawa-Bali, diketahui perkiraan beban puncak bisa terealisasi hingga 11.850 MW. Sementara itu, pasokan listrik yang tersedia sebanyak 12.789 MW sehingga cadangan operasi yang tersisa tidak banyak.

Direktur Utama PT BA mengutarakan adanya gangguan pasokan batu bara ke PLTU Suralaya dari Pulau Sumatera maupun Kalimantan. Gangguan pasokan dari Sumatera karena rel kereta api mengalami kerusakan. Sementara, gangguan pasokan dari Kalimantan karena jalanan dari lokasi tambang menuju ke pelabuhan mengalami kerusakan berat akibat hujan.

Menyinggung pasokan PT BA ke PLTU Suralaya, Ismeth mengakui bahwa kemampuan pasokan perusahaan memang menurun dari 50.000 ton per hari menjadi 40.000 ton per hari. Akan tetapi, PT BA sudah memiliki program untuk mengatasi hambatan pengiriman batu bara ke PLTU Suralaya.

"Kami berharap pasokan batu bara akan normal kembali ke Suralaya pada bulan Juni 2004. Setelah PT BA menyelesaikan kerja sama dengan PT KAI untuk memperbaiki rel kereta api yang rusak," ujar Ismeth.

Sebagai produsen batu bara nasional, PT BA sebenarnya telah berusaha memenuhi kekurangan untuk menyuplai ke PLTU Suralaya, Jawa Barat, sebanyak 200.000 hingga 250.000 ton untuk bulan Januari 2004 dari Pulau Kalimantan. PT BA menyuplai kekurangan tersebut dengan melakukan pembelian dari Kalimantan sebanyak dua kapal atau sekitar 90.000 ton, dan sudah dilaksanakan.

Tambah biaya

Dampak yang timbul jika cadangan batu bara PLTU Suralaya habis, menurut Ali, akan meningkatkan biaya bahan bakar menjadi empat kali lipat. Pasalnya, pada saat ini harga BBM yang akan dipakai untuk menjalankan pembangkit sangat mahal.

Menurut Ali, PLTU Suralaya membutuhkan batu bara sekitar 25.000 ton hingga 30.000 ton per hari. Akan tetapi, jumlah pasokan yang datang tidak sesuai dengan batu bara yang dibakar

sumber: