Batu Bara Muda Gantikan BBM
Batu Bara Muda Gantikan BBM
Banjarmasinpost, 24 November 2005
Batu bara muda, yang kandungan kalorinya rendah, selama ini dipandang sebelah mata. Harga jualnya pun murah. Namun di tangan para peneliti dari Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, ‘emas hitam’ ini dikembangkan menjadi pengganti bahan bakar minyak (BBM).
Usaha memperkenalkan dan memasyarakatkan penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pengganti BBM mulai digiatkan pemerintah. Seperti, Rabu (23/11), di Swiss Belhotel
Teknologi yang digunakan adalah dengan meningkatkan nilai kalori batu bara muda --yang hanya mengandung kurang dari 5.000 kalori-- dengan melakukan proses vakum atau upgrading brown coal (UBC) untuk mengurangi kadar airnya. Saat ini teknologi tersebut baru diterapkan di daerah Cirebon Jawa Barat.
Koordinator Litbang Batubara Tekmira Bandung, DR Bukin Daulay MSc mengatakan selain UBC, pihaknya juga menawarkan teknologi pencairan batubara (liquifaction), pembuatan gas (gasifier), kokas dan briket untuk membuat pengganti BBM.
"Untuk liquifaction misalnya, dari 1 ton batu bara setara dengan 4,5 barel atau 158 liter BBM konvensional siap pakai seharga 23,3-29,3 dolar AS. Bisa solar, premium atau minyak tanah," ungkapnya.
Menurutnya, penggunaan teknologi pengolahan batu bara yang ditawarkan tersebut efektif menekan biaya produksi dari segi BBM hingga 50 persen. Hal itu tentunya akan sangat menguntungkan bagi masyarakat penggunanya seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Misalnya gasifier dapat digunakan untuk usaha pengeringan teh, buah-buahan yang dijadikan keripik, ikan asin atau bahkan kerajinan rotan dan lain-lain. Hasilnya lebih cepat kering dan hemat," imbuhnya.
Dia menjelaskan, saat ini PT Arutmin telah tertarik untuk bekerja sama. Mereka minta dibuatkan mesin pengolah batu bara yang dapat mengurangi kadar air 30 persen-- dari 40 persen kandungan air yang ada di dalam batu bara yang ditambangnya.
"Saat ini Arutmin sudah tertarik dan menyerahkan 50 kilo sampel batubara yang kualitasnya di bawah 5000 kalori. Sedang kita tes Upgrading Brown Coal (UBC) untuk kita buatkan desain mesinnya," ujarnya.
Kepala Dinas Pertambangan Kalsel, H Sukardhi, berharap teknologi pemanfaatan dan peningkatan kualitas batu bara tersebut dapat menarik lebih banyak investor ke Kalsel. Karena komoditas ini di Kalsel menduduki peringkat pertama hasil tambang.
Namun dari total potensi batu bara yang ada di Kalsel, sebanyak 80 persen hanya mengandung kalori kurang dari 6.000. Padahal jumlah kalori yang diminta oleh pasaran negara importir minimal mengandung 5.800 kalori.
Sementara itu, perwakilan dari PT Jorong Barutama Greston yang bergerak di bidang usaha pertambangan, Hadirin Ashar, mengatakan pihaknya menantikan keberhasilan pelaksanaan teknologi Tekmira tersebut. Namun diingatkannya agar benar-benar dipandu dan diperhatikan agar tidak tenggelam seperti fenomena pengenalan briket batu bara di tahun 2000-an sumber: