Batu Bara Kaltim 22 Miliar Ton

<><>

Batu Bara Kaltim 22 Miliar Ton

Tribun kaltim, 11 Januari 2005

 

Samarinda, Tribun- Potensi sumber daya alam (SDA) di Kaltim khususnya batu bara, ternyata cukup besar. Buktinya deposit batu bara mencapai 22 miliar ton dan hingga kini baru dieksploitasi sekitar 400 juta ton. Itu berarti, peluang investasi di bidang ini masih sangat terbuka.

"Cadangan sumber daya alam itu diperkirakan bisa dikelola hingga 20 atau 30 tahun ke depan, sehingga diharapkan bisa dikelola dengan baik bagi kesejahteraan rakyat Kaltim," ujar Kepala Dinas Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kaltim, Syaiful Bachri. Hingga kini, struktur perekonomian daerah masih didominasi sektor industri pengolahan, teutama pengilangan minyak bumi dan LNG serta sektor pertambangan dengan total kontribusi mencapai 74,48 persen terhadap PDRB Kalimantan Timur setiap tahunnya. Untuk bidang pertanian, Kaltim memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas, yaitu lahan sawah 856.

194 ha dengan tingkat pemanfaatan baru sekitar 27 persen dan lahan kering 1.743.835 ha dengan tingkat pemanfaatannya baru 23 persen.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim, Purwanto mengatakan, Program pembangunan Pertanian Tanaman Pangan terutama diarahkan agar pada tahun 2006 provinsi ini dapat mencapai produksi gabah kering giling (GKG) 505.000 ton. Sedangkan pada 2005 menargetkan panen mencapai 535.

000 ton (GKG) untuk musim tanam (MT) 2005, sehingga bisa mendukung program swasembada beras tahun 2006 yang dibutuhkan sebanyak 560.000 ton GKG. Dengan luas lahan tanaman sawah dan perladangan di daerah itu, diyakini target tahun 2006 bisa dicapai sehingga diharapkan Kaltim mampu mencapai swasembada beras tersebut.

"Pertumbuhan produksi gabah di Kaltim mencapai 6 persen setiap tahun sudah cukup baik, namun pertambahan penduduk Kaltim yang yang mencapai 3,7 persen setiap tahun dan 2,7 persen di antaranya adalah berasal dari para pendatang dari daerah lain," ujarnya. Produktivitas gabah di Kaltim rata-rata masih mencapai 3 ton setiap hektare dan diharapkan hingga 2006 mendatang bisa ditingkatkan paling tidak lima ton perhektare. Bidang perkebunan, areal di Kaltim yang tersedia untuk usaha perkebunan rakyat dan skala besar mencapai 5,2 juta hektare, sementara itu hingga akhir 2004 yang dikelola secara efektif dengan realisasi tanam mencapai 217.

537 hektar dengan produksi 962.536 ton. Pengembangan usaha perkebunan di Kaltim diupayakan dengan melibatkan rakyat karena hal itu tercermin dari pola perkebunan di Indonesia yang 70 persen adalah perkebunan rakyat dan sisanya 30 persen adalah perkebunan besar swasta.

Pemprov Kaltim sendiri menaruh perhatian cukup besar pada sektor ini. Apalagi pengembangan perkebunan di daerah ini masih sangat memungkinkan dengan tersedianya lahan yang sangat luas sehingga diprogramkan pembukaan sejuta hektare sawit..

"Dengan dukungan, kerjasama dan partisipasi dari semua pihak yang terkait, Insya Allah dalam beberapa tahun mendatang Kaltim akan menjadi salah satu sentra perkebunan, khususnya kelapa sawit di kawasan Timur Indonesia," Kata Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Maksum Marhamah. Namun, pengembangan perkebunan tidak terpaku pada sawit, tetapi juga jenis tanaman lain yang disesuaikan dengan kondisi lahan di kabupaten/kota, antara lain kakao, karet, Hutan Tanaman Industri (HTI), buah-buahan dan sejumlah komoditas lainnya. Khusus bidang peternakan, Kaltim juga berupaya mencapai swasembada daging pada 2010, karena hingga kini masih mengandalkan pasokan daging dari luar daerah.

Setidaknya sekitar 65.000 ekor sapi dari Sulawesi dan Pulau Jawa yang dikirim ke Kaltim setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat, sementara peternak lokal hanya mampu memenuhi kebutuhan daerah di bawah 10 ribu ekor setiap tahun. Sedangkan potensi perairan meliputi luas sekitar 51 ribu kilometer persegi yang terdiri dari perairan laut, umum, budidaya tambak, dan budidaya air tawar, yang hingga kini baru tergarap sekitar 40 persen total potensi yang ada.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kaltim, Khaerani Saleh mengatakan kecilnya daya serap potensi perikanan itu, karena kemampuan nelayan Kaltim untuk menangkap ikan pada kawasan air dalam masih rendah akibat terbatasnya kapasitas kapal yang dimiliki. Umumnya nelayan Kaltim hanya memiliki kapal berkapasitas di bawah 20 gross tonasse (GT) padahal untuk menangkap ikan di perairan dalam membutuhkan kapal besar dengan kapasitas 30 GT ke atas.(sit) .

sumber: