Batu Bara Kalori Rendah Dilirik

Batulicin, BPost
PT Arutmin Indonesia (AI), salah satu perusahaan besar tambang batu bara di Kalsel mulai melirik sub bituminus atau batu bara (bara) berkalori rendah.

Seperti diketahui sejak awal produksi tahun 1990 silam, PT AI hanya memfokuskan pada eksploitasi bara berkalori tinggi (bituminus). Sebaliknya, sub bituminus yang berada di Mulia Asam-Asam Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut (bagian dari wilayah Tambang Satui, Kabupaten Tanah Bumbu) nyaris diabaikan.

Suramnya market emas hitam kalori rendah menjadi alasan utama kala itu. Kedua jenis emas hitam itu memang memiliki perbedaan kualitas yang nyata. Dalam satu kilogramnya bituminus menghasilkan 6.800 kilo kalori, sedangkan sub bituminus hanya 5.000 kilo kalori.

Namun pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi telah mengubah segalanya. Bara kalori rendah kini menjadi sumber daya alam yang bermanfaat. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya Jawa Barat, misalnya, kini membutuhkannya dalam jumlah besar.

"Itulah salah satu alasan kami mengapa eksploitasi batu bara kalori rendah kini mulai kami optimalkan," jelas Regional Manager Tambang Satui PT AI Sumarwoto, Kamis (16/12), di kantornya kepada BPost serta sejumlah wartawan media cetak dan elektronik nasional yang secara khusus diundang guna mengetahui seluk beluk tambang setempat.

Didampingi wakilnya Sudirman Widhy Hartono, Partnership Superintendent Suryo Purbo, dan Public Relation Zainuddin JR Lubis, Sumarwoto mengatakan pihaknya dipatok memasok bara kalori rendah ke PLTU Suralaya sebanyak 3 juta ton per tahun. Deposit bara kalori rendah di Mulia Asam Asam cukup banyak yakni 200 juta ton. "Khusus di wilayah Asam Asam depositnya sekira 100 juta ton," beber Partnership Project Coordinator Asam Asam Ahmad Juaeni secara terpisah di kantornya di Asam Asam.

Secara efektif, maksimalisasi eksploitasi bara kalori rendah di mulai Mei 2004 lalu. Grand designnya telah dirancang 1996 silam diiringi eksplorasi dan eksploitasi tahun 1997 dengan volume produksi terbatas 200-300 ribu ton per tahun.*

sumber: