Bank Dunia: Iklim Investasi RI Melemah

Investor Indonesia, 20 April 2004 - Bank Dunia menilai, kegagalan Indonesia untuk menarik investasi asing telah menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi negara ini dan menambah angka pengangguran. Lembaga multilateral ini juga menyebut bahwa iklim investasi di Indonesia semakin melemah.

Menurut laporan terbaru Bank Dunia, sedikitnya 400.000 warga Indonesia telah kehilangan mata pencaharian antara periode Mei 2002 hingga Februari 2003. Mengutip data pemerintah, tingkat pengangguran resmi di Indonesia mencapai 10% dari angkatan kerja yang ada. Tetapi sejumlah pengamat mengatakan, data sesungguhnya bisa lebih tinggi tiga kali lipat dari level itu.

Laporan Bank Dunia tersebut baru akan dipublikasikan hari ini oleh Wakil Presiden Regional Bank Dunia, Jemal-ud-din Kassum.

Tanpa perbaikan di sektor investasi, ekonomi Indonesia kemungkinan hanya tumbuh sekitar 4% per tahun, yang menurut Bank Dunia, “Tidak cukup untuk memperbaiki kondisi lapangan kerja.� Tahun ini Indonesia menargetkan pertumbuhan 4,8%.

Menurut sejumlah jajak pendapat terbaru, tulis laporan Bank Dunia, lonjakan angka pengangguran terbuka atau setengah pengangguran itulah yang menjadi alasan utama mengapa banyak rakyat Indonesia tidak ingin memilih kembali Presiden Megawati Soekarnoputri pada pemilihan presiden 5 Juli mendatang.

Bank Dunia menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada sektor konsumsi tahun lalu, sedangkan investor asing lebih memilih untuk berdiam diri akibat wabah korupsi yang mengakar di negara ini. “Pertumbuhan investasi yang lemah tampaknya akan terus berlanjut untuk beberapa saat,� kata Bank Dunia seperti dikutip AP.

Kendati demikian, laporan Bank Dunia menegaskan, Indonesia mampu memulihkan sejumlah langkah stabilitas setelah ekonominya terpuruk akibat krisis keuangan Asia 1997/1998.

Indikasinya, utang pemerintah turun lebih dari separuh menjadi 69% dari produk domestik bruto (PDB) selama lima tahun terakhir berkat kerja keras pemerintah Indonesia memangkas pengeluaran dan mendongkrak pendapatan.

Selain itu, Indonesia juga mampu mengakhiri program pinjaman Dana Moneter Internasional (IMF) tahun lalu, dan meluncurkan obligasi internasional awal 2004 yang mencerminkan bangkitnya kepercayaan investor.

Investasi Kuartal IV

Kembali soal investasi di Indonesia, beberapa waktu lalu Menteri Keuangan Boediono optimistis, apabila proses pemilu 2004 berhasil dilewati dengan aman dan lancar, ditambah adanya dukungan kebijakan yang rasional, maka memasuki kuartal IV/2004 dipastikan investor akan segera memasukkan modalnya di Indonesia.

Pemerintah juga memproyeksikan besarnya investasi yang diperlukan untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi 5% pada tahun 2005 dan 5,5% tahun 2006 adalah sebesar Rp 379,8 triliun dan Rp 471,4 triliun.

Berbagai upaya telah ditempuh pemerintah untuk menggenjot investasi. Pekan lalu misalnya, telah ditandatangani Keppres tentang pelayanan investasi satu atap. Selain itu, guna mempertahankan momentum kebangkitan investasi di Indonesia pada tahun ini, BKPM menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah daerah yang diwakili oleh 32 gubernur dari seluruh wilayah Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI). Kemudian, pemerintah membentuk kelompok kerja ekspor-investasi yang dikomandani Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti

 

sumber: