Australia Segera Investasi US$ 2,5 Miliar

Australia Segera Investasi US$ 2,5 Miliar

JAKARTA, Investor Daily Online

Pebisnis Australia siap menanamkan modal senilai US$ 2,5 miliar di Indonesia tahun 2005. Investasi terbesar ditanamkan pada proyek batu bara, bahan peledak, agribisnis dan makanan.

"Nilai investasi ini masih perkiraan awal. Kita harapkan segera direalisasikan," ujar Menko Perekonomian Aburizal Bakrie pada acara seminar "Lembaga Keuangan Bukan Bank" yang diselenggarakan Bank Dunia di Jakarta, Senin (11/4).

Menurut Ical, panggilan akarb Aburizal Bakrie, BHP Steel (kini jadi PT Blue Scope Steel Indonesia) akan menginvestasikan dananya senilai US$ 1, 7 miliar untuk menggarap batu bara. Selain itu, perusahaan tersebut juga menginvestasikan dananya US$ 120 juta untuk membangun pabrik bahan peledak di salah satu pulau di Indonesia. Blue Scope merupakan produser baja terbesar di Australia.

Di Indonesia, perusahaan ini memproduksi metalic coated steel dan painted steel dengan kapasitas produksi masing-masing 90.000 ton dan 55.000 ton per tahun. Blue Scope yang mempunyai pabrik baja di Cilegon itu, meningkatkan kepemilikan saham tahun 2002 dari 74% menjadi 100% dengan menyuntikkan dana segar Aus$ 20 juta.

Telstra, operator telekomunikasi terbesar di Australia, juga akan masuk kembali ke Indonesia setelah menutup kantor perwakilannya ketika terjadi krisis moneter tahun 1997.

"Masuknya investasi asing menunjukkan bahwa kepercayaan asing terhadap peluang bisnis di Indonesia mulai pulih. Terus terang, respons pebisnis Australia, Selandia Baru dan negara lainnya terhadap kebijakan pemerintah cukup baik. Namun, pengusaha lokal selalu mengkritik kebijakan pemerintah," tegasnya.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan, jumlah investasi langsung Australia sejak tahun 1999-2004 tercatat US$ 9,38 miliar dengan 435 proyek. Sementara itu, total persetujuan investasi penanaman modal asing (PMA) melonjak 293% dari US$ 826,4 juta per Januari-Februari 2004 menjadi US$ 3,24 miliar pada periode yang sama tahun 2005.

Pemerintah menargetkan realisasi investasi asing tahun ini berkisar US$ 4,5 - 5 miliar. Namun, Bank Pembangunan Asia dan Bank Dunia memproyeksikan, Indonesia mampu menarik arus investasi asing di atas US$ 7 miliar pada 2005 jika iklim investasi makin kondusif dan keluhan investor dapat dikurangi.

Menurut Ical, investor Jepang seperti Toyota akan meningkatkan investasi di Indonesia dalam waktu dekat. Sebelumnya, Yamazaki Saehio, presdir PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, mengatakan, investasi tahun 2005 mencapai US$ 430 juta, dua kali lipat dibanding tahun 2004 senilai US$ 263 juta.

Di samping Jepang dan Australia, kata Ical, investor Cina akan berpartisipasi pada proyek infrastruktur yang tengah ditawarkan pemerintah. Sebagai realisasinya, pemerintah dan investor Cina akan menandatangani nota kesepahaman bersama. Namun, Ical tidak menjelaskan berapa nilai investasi dan proyek mana yang diincar investor Cina. 

"Kita masih menunggu investasi tambahan dari Philip Morris Internasional sebesar US$ 5 miliar. Hal itu menunjukkan, kepercayaan asing terhadap peluang bisnis di Indonesia cukup kondusif," kata dia.

Sementara itu, Ketua Komisi Pemulihan Ekonomi Nasional (KPEN) Sofjan Wanandi mengatakan, pemerintah Swiss akan meningkatkan nilai perdagangan dengan Indonesia dari US$ 500 juta menjadi US$ 1 miliar. Selain itu, Swiss juga akan meningkatkan investasinya di Indonesia, termasuk dalam pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

"Mereka berjanji akan memberikan kredit bagi usaha kecil dan menengah (UKM) melalui perbankan sebesar US$ 100 juta atau Rp 900 miliar, " kata Sofjan usai pertemuan antara Menko Perekonomian dengan Menteri Ekonomi Swiss Joseph Deis di Gedung Depkeu, Jakarta, Senin (11/4).

"Mereka ingin masuk kembali ke Indonesia, tapi mereka menghadapi kendala, antara lain masalah counterfight (memerangi) barang-barang palsu," ujarnya. Menurut dia, Swiss mau menggandakan nilai investasi maupun perdagangan di Indonesia. "Nilai perdagangannya kecil sekali, kurang dari US$500 juta, kalau di-double menjadi sekitar US$1 miliar," jelasnya.

Data Badan Pusat (BPS) menunjukkan, total perdagangan RI-Swiss tahun lalu mencapai US$ 403 juta, dan RI masih defisit sekitar US$ 108 juta. Sedangkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi Swiss di RI tahun lalu sekitar US$ 300 juta.

Infrastruktur

Ketua Tim Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur (TPPI) Raden Pardede mengatakan, pemerintah akan menenderkan 15 proyek infrastruktur pada April hingga Juni mendatang. Meskipun belum ada insentif untuk proyek infrastruktur, ia optimistis proses tender tidak akan terganggu.

"Kenyataannya, tender jalan tol dapat diselesaikan. Masalah kebijakan (RUU) tanah juga sudah selesai," ujarnya di Gedung Departemen Keuangan, Jakarta, Senin (11/4). Raden menambahkan, saat ini proses penyusunan kebijakan telah mencapai tahap finalisasi. "Pada April sampai Juni nanti akan ada 15 proses tender, termasuk airport, seaport, listrik dan air minum," paparnya.

Raden menyatakan, pemerintah akan memprioritaskan Jakarta dan Medan sebagai lokasi pengembangan dan pembangunan bandar udara. Sedangkan lokasi proyek pelabuhan laut akan terfokus pada sejumlah daerah yang padat penduduknya, seperti Pulau Jawa. Sementara beberapa proyek jalan tol akan berada di luar Jawa.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia MS Hidayat mengatakan, proyek-proyek besar seperti ketenagalistrikan tampaknya diperkirakan akan mundur dari jadwal karena masih adanya kendala dalam aspek hukum.

sumber: