Angkutan Hasil Tambang Terhenti

Angkutan Hasil Tambang Terhenti

Jalan Diblokade

Media Indonesia, 27 Juli 2005

BANJARMASIN (Media): Angkutan hasil tambang biji besi dari kawasan pertambangan di Kecamatan Jorong ke tempat penampungan di Desa Bentok, Kecamatan Pleihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan (Kalsel), terhenti sejak Senin (25/7).

Warga memblokade jalan yang dilalui truk pengangkut hasil tambang, karena angkutan tersebut dianggap menjadi penyebab kerusakan jalan. Pemblokadean dilakukan di ruas jalan Desa Galam, Kecamatan Pleihari, dengan cara menutup jalan.

Kendaraan pengangkut hasil tambang tidak diizinkan melintasi ruas tersebut, sedangkan kendaraan lain tetap diperbolehkan melintas.

Kepala Bagian Humas Kepolisian Daerah (Polda) Kalsel Ajun Komisaris Besar (AKB) Puguh Raharjo saat dihubungi, kemarin, membenarkan adanya aksi tersebut. Bahkan, warga sudah melakukan pembicaraan dengan perusahaan pertambangan yang difasilitasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanah Laut dan musyawarah pimpinan daerah (muspida) setempat, namun belum menghasilkan kesepakatan.

Sedangkan Ketua Badan Perwakilan Desa Galam H Musa mengatakan, warga menghendaki perusahaan pertambangan di bawah Perusahaan Daerah (Perusda) Aneka Usaha Manuntung Berseri menjamin perbaikan jalan yang dilewati angkutan hasil tambang. Dalam pertemuan di kantor Pemkab Tanah Laut itu mereka juga minta kontribusi atas hasil tambang yang diangkut melalui desa ini atau disebut uang debu. Namun permintaan itu tidak dikabulkan, sehingga jalan tetap diblokade.

'Karena perusda hanya sanggup membayar Rp4.000 per rit hasil tambang kepada pihak desa, warga menolak. Musyawarah akan dilanjutkan Kamis (28/7),' ujar Musa.

Kegiatan pertambangan biji besi di Kabupaten Tanah Laut berlangsung sejak 2004 dan pengangkutannya menggunakan jalan umum. Akibatnya, sejumlah ruas jalan rusak karena tidak mampu menahan beban kendaraan pengangkut hasil tambang. Selain di Desa Galam, kerusakan jalan juga terjadi di ruas Desa Sumber Mulya dan Desa Bajuin.

Warga Desa Galam juga pernah menyampaikan masalah tersebut kepada DPRD Kabupaten Tanah Laut. Ketua DPRD Dance R Arsa mengatakan, pihaknya telah menugaskan anggotanya untuk memfasilitasi penyelesaian masalah ini karena dikhawatirkan terjadi konflik yang lebih luas.

Sementara itu, kerusakan Jalan Trans-Kalimantan dari Kota Banjarmasin sampai Kabupaten Tabalong sepanjang 273 kilometer rusak parah. Kerusakan terjadi setelah angkutan batubara diperbolehkan lagi melewati jalan tersebut.

Setiap hari sedikitnya 2.000 unit truk pengangkut batubara berkapasitas enam ton hingga 12 ton melintas di Jalan Trans-Kalimantan menuju Pelabuhan Sungai Putting dan Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Sebelumnya jalan yang rusak akibat angkutan batubara ini sempat diperbaiki karena warga setempat memblokade jalan tersebut.

Kerusakan jalan tersebut terjadi di beberapa titik, antara lain di Kecamatan Matraman, Kabupaten Banjar, di Kabupaten Tapin, dan sebagian di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kerusakan terparah terjadi di Kabupaten Tapin, di antaranya di Desa Banua Padang Hilir, Desa Banua Padang, dan Desa Purut, Kecamatan Bungur. Selain itu juga di Desa Harapan Masa, Sawang, Tatakan, Tambarangan, Rumintin, dan Desa Suato Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan.

Dari Sampang dilaporkan, angin kencang dan gelombang pasang menghantam sejumlah kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur (Jatim), kemarin. Selain merusak sejumlah bangunan dan tanggul penahan ombak, gelombang pasang juga merusak ruas jalan dan air laut menggenangi areal pertanian dan tambak milik penduduk sekitar.

Wilayah yang dihantam angin kencang dan gelombang pasang antara lain Kecamatan Sreseh dan Kecamatan Pangarengan. Meski tidak ada korban jiwa dalam musibah itu, namun kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Warga setempat panik hingga sebagian sempat mengungsi ke tempat yang dianggap lebih aman.

sumber: