Aneka Tambang Catat Pertumbuhan Kinerja yang Signifikan
ÂÂ
Kamis, 15 Desember 2005, 00:12 WIB
Aneka Tambang Catat Pertumbuhan Kinerja yang Signifikan
Laporan -
Sebagai salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mampu membukukan pertumbuhan pendapatan yang signifikan setiap tahunnya. Pertumbuhan tersebut ditopang kenaikan harga komoditas perseroan yakni nikel, emas, dan bauksit.
Dengan basis penghasilan dalam dolar AS, emiten berkode perdagangan ANTM di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tersebut tidak dikhawatirkan oleh pelemahan daya beli domestik akibat inflasi. Meskipun, Antam tidak luput dari sandungan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berakibat pada kenaikan biaya operasional pada kinerja 2005.
Meskipun demikian, dengan ambisi menjadi perusahaan pertambangan berstandar internasional pada 2010, Antam yang merupakan hasil merger enam BUMN pertambangan tersebut tetap fokus pada komoditas yang prospektif, landasan operasial solid, proyek pertumbuhan strategis, dan kondisi keuangan yang kuat.
Perolehan pendapatan perseroan yang didirikan pada 1968 itu bermula dari kegiatan eksplorasi, berangsur ke proses pengolahan yang kemudian dijual melalui kontrak penjualan jangka panjang kepada konsumen di Asia dan Eropa. Kondisi finansial Antam pun meningkat setiap tahun, menyusul meningkatnya harga komoditas. Saat ini, profil produksi perusahaan BUMN tersebut berasal dari nikel (75%) dan emas (15%).
Direktur Operasional Antam Alwin Sjah Loebis kepada Investor Daily di Jakarta, belum lama ini mengatakan, sepanjang 2005 belanja modal (capex) Antam dikonsentrasikan pada pembangunan proyek pabrik feronikel (FeNi) III di Pomalaa, guna pengembangan proyek dan efisiensi operasi. Sebagai perbandingan, belanja modal pada kuartal III/2005 tercatat Rp 1,08 triliun atau naik 149% dari tahun sebelumnya Rp 435 miliar.
Perusahaan optimistis, target penjualan atau produksi perseroan dapat tercapai, kendati terjadi kenaikan harga pokok penjualan (HPP) yang sudah mencapai 13% pada kuartal III/2005. Hal itu didukung oleh konsistensi volume penjualan ditinjau dari kontrak penjualan jangka panjang yang dimiliki. Hingga kuartal III/2005, penjualan Antam meningkat 14% dari Rp 1,94 triliun pada kuartal III/2004 menjadi Rp 2,21 triliun. Hal itu membawa peningkatan laba bersih sebesar 32% menjadi Rp 711 miliar dari tahun sebelumnya Rp 539 miliar.
Dari hasil penjualan pada kuartal III/2005, beberapa komoditas seperti feronikel dan bijih nikel tercatat menurun. Penjualan feronikel pada kuartal III/2005 menurun menjadi 4.197 ton dari sebelumnya 5.394 ton. Namun, perusahaan menargetkan penjualan pada akhir tahun bisa mencapai 7.400 ton. Sedangkan penjualan emas justru meningkat dari dari 2.754 kg pada kuartal III/2004 menjadi 2.933 kg.
Prinsip kehati-hatian manajemen keuangan juga diterapkan, di antaranya pembelian kembali obligasi sebesar US$ 25 juta yang dananya berasal dari internal cash. Selain itu, perseroan melakukan aktivitas lindung nilai untuk mengurangi dampak volatilitas harga.
Dalam perjalanan 2005, ungkap Alwin, perseroan juga menemui beberapa kendala, seperti kenaikan harga BBM dan penurunan kadar produksi. Kadar produksi di Pongkor yang awal tahun diperkirakan mencapai 11,8 gram/ton, ternyata meleset menjadi sekitar 7-8 gram/ton, jelas dia. Akibatnya, total produksi hanya tercapai 80-90% dari target.
Sementara itu, pengaruh kenaikan harga BBM yang cukup tinggi di kuartal IV/2005, berdampak langsung pada kenaikan biaya upah, transportasi, dan jasa penambangan. Dalam catatan Antam, kenaikan biaya selama 2005 karena harga BBM mencapai Rp 50-60 miliar.
Namun demikian, Alwin berkilah, kenaikan harga BBM telah diperhitungkan perusahaan. Sebelumnya, Antam meningkatkan kapasitas produksi dan melakukan efisiensi operasional dalam kurun waktu 1-2 tahun mendatang. Strateginya adalah dengan menambah orang atau operator tidak sebesar peningkatan kapasitas. Selain itu, efisiensi operasional dilakukan untuk memeroleh output maksimal dengan input minimal.
Aneka Tambang Dia menjelaskan, perusahaan sedang mengkaji rencana penggantian penggunaan BBM untuk power plan dengan gas yang harganya relatif lebih murah guna menekan biaya operasional. Rencananya, hal tersebut akan terealisasi dalam kurun waktu dua tahun mendatang. Kami sudah tanda tangan MoU dengan Medco untuk pasokan gas dari Senoro. Untuk produksi tidak ada masalah. Kendalanya ada pada pengangkutannya. Selama belum mendapat transportasi yang murah, pas dan kompetitif, kami belum bisa menggunakan gas, ujarnya.
Proyeksi 2006
Meskipun demikian, dua perusahaan sekuritas memprediksikan hasil akhir kinerja keuangan 2005 dengan proyeksi berbeda. Danareksa Sekuritas mengalkulasi perolehan laba bersih Antam tahun ini hanya sekitar Rp 795 miliar atau turun dibanding 2004 sebesar Rp 807 miliar. Sebaliknya, Merrill Lynch berpandangan lebih optimistis, dan memperkirakan keuntungan bersih tahun ini dapat mencapai Rp 933 miliar.
Alwin menjelaskan, walaupun ada tekanan, Antam tetap memperkirakan harga nikel tetap tinggi dan berdampak positif pada pendapatan perseroan. Dalam catatan Antam, harga prediksi nikel pada 2006 sebesar US$ 5,90/lb atau turun dari tahun sebelumnya US$ 6,77/lb.
Selain itu, beroperasinya pabrik FeNi III pada akhir kuartal I 2006 otomatis akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel Antam menjadi 26.000 ton Ni dari sebelumnya 11.000 Ni.
Kedua faktor tersebut, lanjut dia, membawa optimisme besar bagi kinerja perseroan. Produksi feronikel naik tiga kali, produksi emas kurang lebih sama. Prediksi laba ke depan bisa dihitung dari peningkatan produksi dan harga, katanya.
Terlepas dari itu, tahun 2006 akan menjadi momen yang baik bagi kinerja keuangan Antam. Salah satu perusahaan sekuritas terkemuka di dunia, Merrill Lynch belum lama ini menurunkan ulasan tentang revisi naik untuk proyeksi laba per saham (EPS) Antam pada 2006 dan 2007 masing-masing sebesar 9% dan 35%
Alasan utamanya adalah perkembangan harga emas di bursa komoditas internasional yang menunjukkan sinyal positif. Tim pertambangan global dari perusahaan sekuritas AS itu telah menaikkan perkiraan harga emas pada 2006 dan 2007 masing-masing sebesar 19% dan 18%. Proyeksi tersebut berdasarkan fundamental permintaan dan penawaran yang positif, potensi tekanan inflasi di AS, dan keyakinan terhadap melemahnya dolar AS. Emas akan mengontribusi sekitar 20% total pendapatan Antam.
Alwin memperkirakan, kenaikan pendapatan tersebut akan terarah dengan penurunan biaya unit. Belanja modal 2006 yang dipersiapkan pun hanya sekitar US$10 juta untuk capex rutin, alokasi capex untuk Proyek Alumina Tayan, dan kebutuhan biaya FeNi III lainnya.
Saat ini, Antam sedang menerapkan strategi mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan daya saing dengan aliansi strategis bersama mitra-mitra terbaik internasional melalui pengembangan proyek-proyek dalam bentuk project finance. Di antaranya, proyek Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan dengan nilai investasi US$ 220 juta yang akan memproduksi 300.000 ton CGA per tahun dari cadangan bauksit di Kalimantan Barat yang beroperasi akhir 2008. Selain itu, terdapat proyek pabrik feronikel FeNi IV berkapasitas 30.000 ton Ni senilai US$ 650 juta dan Proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk ekstrasi nikel dengan nilai investasi US$ 1 miliar untuk 2010.
Bahkan, belum lama ini juga muncul rencana dari Meneg BUMN bahwa Antam akan menjadi salah satu dari tiga perusahaan tambang yang dimerger pada semester II/2006. Ketiga BUMN pertambangan tersebut nantinya akan digabung dalam sebuah holding yang dinamakan PT Indonesia Resources Corporation. (c87/amu)
sumber: