’Penanganan Tambang Kurang Serius’

JAKARTA (Bisnis): Penanganan sektor pertambangan umum (mineral) selama ini dinilai kurang serius dibandingkan bidang migas, yang tercermin dari banyaknya persoalan yang muncul di sejumlah daerah pertambangan, kata satu pelaku pertambangan.

"Untuk lebih memberikan porsi perhatian yang sama kuat, saya menyarankan kepada pemerintah yang akan dibentuk dalam waktu dekat ini bisa membagi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjadi dua bagian yakni Kementerian Minyak dan Gas dan Kementerian Pertambangan Energi," ujar pemilik Grup Lebong Tandai, Yusuf Merukh, dalam siaran pers kemarin.

Grup Lebong Tandai merupakan kelompok usaha yang membawahi sejumlah perusahaan tambang, termasuk memiliki saham di PT Newmont Nusa Tenggara.

Menurut dia, selama ini Kementerian ESDM selau memfokuskan kegiatannya pada sektor migas, sehingga sumber daya energi alternatif dan sumber daya mineral yang memiliki potensi besar belum dikembangkan sebagaimana mestinya. "Ini dapat dimengerti karena APBN kita selalu mengandalkan migas."

Yusuf menambahkan dengan adanya dua kementerian tersebut, maka diharapkan pengembangan migas dan mineral secara simultan dan intensif bisa berjalan dengan baik.

Caranya, kata dia, dengan melakukan eksplorasi yang mencakup wilayah maritim nasional.

"Apalagi survai yang dilakukan Frasser Institute baru-baru ini menempatkan Indonesia dalam urutan nomor enam dari negara-negara yang mempunyai potensi sumber daya mineral di dunia. Di antaranya 70% sumber daya mineral tersebut berada di kawasan timur Indonesia," paparnya.

Dia mengemukakan bukti dari besarnya potensi mineral Indonesia bisa dilihat dengan menintensifkan pengembangan dan eksplorasi kawasan timur Indonesia.

"Kita mesti menyadari bahwa Indonesia selalu ketinggalan dalam menagkap peluang kenaikan harga energi alternatif dan sumber daya mineral karena eksplorasi kita tidak berjalan seakan-akan lumpuh," tandas Yusuf. (zuf)

sumber: