’Manfaatkan booming minyak untuk pemulihan’
JAKARTA (Bisnis): Kalangan pengusaha pertambangan meminta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral serta Menneg BUMN Kabinet Indonesia Bersatu agar cepat menguasai booming harga minyak dan produk tambang yang terjadi sekarang ini. "Jadi booming harga minyak dan produk tambang yang terjadi saat ini harus kita kuasai dan manfaatkan sebesar-besarnya untuk pemulihan ekonomi nasional," ujarnya kepada Bisnis di Jakarta kemarin.
Untuk itu, lanjutnya, Purnomo Yusgiantoro dan Sugiharto yang kemarin dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan Menteri Negara BUMN Kabinet Indonesia Bersatu bisa menggerakkan BUMN migas (Pertamina) dan BUMN pertambangan (PT Bukit Asam dan PT Aneka Tambang) untuk menangkap momentum bisnis yang jarang terjadi. Seperti harga minyak menembus di atas US$50 per barel dan harga batu bara mencapai US$50 per ton.
Kusumo menilai selama ini pemerintah terkesan kurang serius menangkap momentum kenaikan harga minyak. "Padahal kalau produksi minyak kita bisa optimal, booming [harga] minyak dapat memberikan manfaat besar bagi perekonomian seperti yang terjadi pada era 1970-an."
Dia memperkirakan kurang gairahnya pemerintah menangkap momentum booming harga minyak disebabkan karena produksi minyak Pertamina belakangan ini terus merosot.
"Harus diakui produksi minyak Pertamina yang masih di bawah 100.000 barel per hari sudah kalah dengan kontraktor production sharing nasional. Sebagai contoh produksi minyak Medco sudah di atas 100.000 barel per hari. Apalagi KPS asing," tuturnya.
Preskom PT Giga Intrax itu berharap diangkatnya CFO Medco Energy Company, Sugiharto, menjadi Menneg BUMN dapat meningkatkan kinerja BUMN migas dan pertambangan, sehingga bisa diandalkan sebagai lokomotif bagi pemulihan perekenominan nasional. "Soalnya momentum bisnis migas dan produk tambang sedang bagus-bagusnya."
Tak cuma migas
Sementara itu, Direktur Masyarakat Perbatubaraan Indonesia (MPI) Singgih Widagdo menilai pengangkatan kembali Purnomo Yusgianto sebagai Menteri ESDM merupakan pilihan tepat.
"Pak Purnomo cukup kompeten di bidang ESDM dan telah populer di forum internasioal sejak diangkat menjadi Presiden OPEC," tandasnya.
Sayangnya, menurut dia, Purnomo saat menjadi Menteri ESDM pada Kabinet Gotong Royong terlalu menitikberatkan programnya pada sektor migas. Sektor pertambangan umum, katanya, kurang mendapat perhatian.
"Kami harapkan pada pemerintahan yang baru ini, Pak Purnomo memberikan perhatian yang sama antara pembinaan sektor migas dan pertambangan umum," paparnya.
Hambatan bidang pertambangan yang perlu mendapat perhatian, menurut Singgih, adalah masih sentralistisnya birokrasi pertambangan.
UU Pertambangan No. 11/1967, katanya, perlu direvisi karena bersifat sentralistis, sehingga tidak sejalan dengan UU Otonomi Daerah (UU No. 22/2001) dan UU No 25/2001 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
"Tumpang tindih hukum tersebut menjadi salah satu kendala investor enggan menanamkan modal di Indonesia, sehingga produksi pertambangan kita tidak berkembang," tandasnya.
Tingkatkan investasi
Sementara itu, Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro, mencanangkan program kerja 100 hari yang difokuskan untuk memperbaiki iklim investasi sektor migas dan pertambangan nasional.
"Intinya, program kerja 100 hari itu kami akan dorong investasi, sehingga dapat membuka lapangan kerja baru," ujarnya usai acara penyambutan di Departemen ESDM, Jakarta kemarin.
Menteri yang sebelumnya telah menjabat di posisi yang sama itu menyatakan pihaknya telah merinci program yang akan dilaksanakan, sekaligus untuk meneruskan program kerjanya dalam Kabinet Gotong Royong lalu.
Dalam paparannya Purnomo menyebutkan 16 program kerja yang akan dilakukan hingga Desember mendatang.
"[Antara lain] minggu depan kami akan meresmikan produksinya lapangan [floating production, storage, and offloading/FPSO] Belanak dengan kapasitas 60.000 barel per hari [bph] yang akan naik 100.000 bph. ini dioperasikan oleh ConocoPhillips." (06/if)
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Pertambangan Kadin Indonesia, Kusumo A.M. mengatakan pentingnya penguasaan momentum kenaikan harga minyak dan hasil tambang karena permintaan pasar dunia terhadap produk tersebut bakal terus menguat. Di sisi lain, cadangan minyak Indonesia saat ini bertambah, sehingga keseluruhannya mencapai satu miliar barel.