5 Kabupaten Kalsel Rawan Longsor

5 Kabupaten Kalsel Rawan Longsor

Banjarmasinpost, 4 Januari 2005

MASYARAKAT yang mendiami daerah dataran rendah di daerah hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) harus mewaspadai banjir akibat kerusakan hutan di daerah atasnya. Pasalnya, tanah longsor rentan terjadi di kawas tersebut.

Hal ini dikatakan Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Ir Sony Partono MM. Menurutnya, daerah atas di kawasan hulu DAS memang banyak terdapat lahan dan hutan kritis sehingga rawan akan terjadi erosi. Daerah hulu terutama berada di kawasan pegunungan Meratus seperti HST, HSS, serta daerah pantai timur seperti Kotabaru, Tala, atau Tanbu.

"Bila daerah atasnya lahan kritis tanpa ada tanaman, maka akan terjadi longsor dan akibatnya air langsung menuju daerah dataran rendah, dan pada akhirnya akan menggenangi kawasan tersebut," kata Sony.

Longsornya kawasan pegunungan, lanjut Sony, juga bisa terjadi karena maraknya praktik illegal mining. Kubangan-kubangan besar akibat praktik pertambangan liar menyebabkan terjadinya erosi tanah di kawasan dataran tinggi.

Erosi inilah yang mengakibatkan terjadinya kerusakan tatanan tanaman di kawasan dataran tinggi sehingga saat terjadi hujan deras, air tak mampu meresap ke dalam tanah namun langsung meluncur ke daerah rendah atau daerah hilir.

Lebih lanjut diungkapkan Sony, luas lahan kritis Kalsel saat ini mencapai 550 ribu hektar lebih. Sekitar 330 hektar diantaranya adalah kawasan dalam hutan, sedangkan 250 hektar diantaranya berada di luar kawasan.

"Di luar kawasan itu adalah daerah lahan tidur yang kebanyakan ditumbuhi tanaman alang-alang atau tanaman perdu yang berakar serabut," katanya.

Lahan kritis ini berada di beberapa kawasan hutan maupun luar hutan. Dan uniknya daerah hutan konservasi seperti Tahura (Taman Hutan Raya) dan kawasan Riam Kanan juga banyak terdapat titik lahan kritis. "Jumlahnya sekitar 24 ribu hektar, ini membuat kita prihatin," tukas Sony.

Kerusakan hutan di Kalsel sudah terjadi secara turun-temurun, bukan hanya terjadi dalam jangka waktu 5 tahun ke belakang. Penyebab kerusakan hutan bisa dari faktor alam atau faktor manusia.

"Faktor alam seperti terjadinya longsor dan kebakaran sehingga merusak habitat lingkungan sekitarnya. Tanaman yang terbakar berakibat di daerah tersebut menjadi lahan kritis karena tanaman sebelumnya tak bisa tumbuh lagi. Sedangkan ulah tangan manusia adalah maraknya praktik penebangan liar atau pertambangan," tuturnya.

Bagaimana Dishut Kalsel mengatasi lahan kritis di bagian hulu DAS ini? Menurut Sony, pihak Dishut mau tak mau memfokuskan pelaksanaan reboisasi dengan melakukan penanaman di daerah-daerah hulu DAS.

Pola tanaman yang digunakan untuk kegiatan reboisasi lebih memilih tanaman yang berakar tunggang guna merehabilitasi lahan kritis seperti pohon kemiri, mahoni, meranti atau ulin. Cara lain yang ditempuh Dishut Kalsel mengatasi lahan kritis di daerah atas adalah dengan membangun dam pengendali dan dam resapan air di berbagai wilayah.

Sebelumnya Dishut Kalsel, merilis jumlah lahan kritis dan sangat kritis di Kalsel yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Data terakhir yang dikeluarkan Dishut Kalsel, luas lahan kritis dan sangat kritis di Kalsel mencapai 555.983 Ha. Dari data itu, Kabupaten HSS meningkati urutan pertama hutan sangat kritis yakni seluas 26.835,40 Ha diikuti Kabupaten Banjar seluas 24.144,80 Ha dan Kabupaten Tapin seluas 4.924, 85 Ha.

Sedangkan lahan kritis terbanyak di Kalsel diduduki oleh Kotabaru seluas 100.343,50 Ha, disusul Kabupaten Banjar seluas 96.907,23 Ha dan Kabupaten Tapin seluas 60.134,75 Ha.

Di Kalsel sendiri, kini terdapat 1.051.423 Ha hutan yang potensial kritis dan sebanyak 1.540.112 Ha yang agak kritis. Total jumlah lahan potensial kritis, agak kritis, kritis dan sangat kritis mencapai 3.147.518,52 Ha.

sumber: