2006, Target Pertumbuhan Ekonomi 5,5 - 6,5 Persen

2006, Target Pertumbuhan Ekonomi 5,5 - 6,5 Persen

Suara pembaruan, 20 Mei 2005

 

JAKARTA - Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2006 mencapai 5,5 hingga 6,5 persen. Asumsi pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dari asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2005 yang diperkirakan mencapai 5,5 persen.

Untuk harga minyak mentah Indonesia pada 2006 diperkirakan berada pada kisaran US$ 40-45 per barel, dengan produksi sekitar 1,075 juta barel per hari.

Hal itu disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Jusuf Anwar dalam jawaban tertulis pemerintah atas pertanyaan anggota Komisi XI DPR. Jawaban tertulis itu disampaikan melalui rapat kerja antara Menkeu dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (19/5).

Dikatakan, dalam kerangka ekonomi makro Indonesia 2006, kebijakan fiskal akan tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi makro guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas. Pemerintah telah menyusun pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro RAPBN 2006 yang bertujuan mengurangi pengangguran dan mengatasi kemiskinan secara bertahap.

Dalam kajian kerangka ekonomi makro RAPBN 2006, pemerintah mengasumsikan nilai tukar rupiah diperkirakan mengarah stabil dengan rentang antara Rp 8.800 hingga Rp 9.200 per 1 dolar Amerika Serikat. Adapun sasaran inflasi sebesar 5,5 persen, plus minus 1 persen diperkirakan dapat tercapai, katanya.

Pemerintah menargetkan tingkat suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan diperkirakan berada pada kisaran 6,5 hingga 8,5 persen. Pada 2006, di samping upaya mengatasi kemiskinan dan mengurangi pengangguran, tantangan pokok yang dihadapi kebijakan fiskal pada 2006 itu juga akan banyak berkaitan dengan upaya untuk terus menurunkan defisit APBN dan mengurangi tingkat rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB).

Hal itu bertujuan untuk mencapai kesinambungan fiskal dengan tetap mengupayakan stimulus fiskal dalam batas-batas yang dapat ditopang oleh sumber pembiayaan yang tersedia.

Untuk memantapkan kesinambungan fiskal itu pada 2006, pemerintah akan menurunkan defisit anggaran secara bertahap yaitu dari sekitar 0,8 persen atau Rp 19,5 triliun dari PDB 2005 menjadi sekitar 0,5 hingga 0,7 persen terhadap PDB 2006. Upaya penurunan defisit itu akan dilakukan melalui peningkatan penerimaan negara dan efisiensi belanja negara, serta penurunan stok utang pemerintah, dan rasionya terhadap PDB, katanya.

Dijelaskan, realisasi triwulan I APBN 2005 hingga April 2005, tercatat realisasi pengeluaran mencapai Rp 115 miliar dari anggaran yang direncanakan sebesar Rp 4,5 triliun.

Masih rendahnya pelaksanaan APBN 2005 itu terutama berkaitan dengan penyampaian laporan realisasi dari masing-masing unit organisasi di daerah yang cukup membutuhkan waktu dan akan secara berangsur dapat dipenuhi.

Sedangkan untuk belanja modal baik berupa pengadaan barang maupun pembangunan dan rehabilitasi gedung, serta kantor hingga saat ini masih dalam tahap persiapan.

Pemerintah juga menyajikan pokok-pokok perubahan asumsi makro dalam APBN 2005. Dalam RAPBN 2005, pemerintah tetap memproyeksikan harga minyak mentah Indonesia US$ 35 per barel walaupun desakan untuk mengadakan perubahan asumsi tersebut cukup tinggi.

Sementara pertumbuhan ekonomi pada RAPBN 2005 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,5 persen lebih tinggi dari perkiraan di APBN 2005 sebesar 5,4 persen.

sumber: